Jakarta (Greeners) – Ecoton prihatin dengan pembiaran sampah yang terus mengotori Sungai Ciliwung. Organisasi pemerhati lingkungan ini akan mengajukan somasi jika pembiaran timbulan sampah liar di Ciliwung terus terjadi. Somasi mereka tujukan ke Presiden Republik Indonesia, Gubernur DKI Jakarta serta Jawa Barat.
Sebelumnya Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) yang terdiri dari Ecoton dan sejumlah komunitas melakukan kegiatan susur sungai. Saat itu mereka menemukan 1.332 pohon di sepanjang Ciliwung terlilit sampah plastik.
Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, semua pihak harus bertanggung jawab untuk memastikan badan air sungai bersih. Tanggung jawab ini juga melekat pada pemerintah. Selain itu juga pada produsen penghasil sampah.
“Mereka punya kewajiban EPR atau extended producer responsibility yang diatur dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 15,” kata Prigi baru-baru ini.
Ia menilai, tindakan tidak bertanggung jawab pemerintah tersebut merupakan melawan hukum. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Baku Mutu Air Sungai menyebutkan bahwa sungai di Indonesia harus nihil sampah.
Ia menambahkan, jika tidak ada tindakan dari Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI untuk membersihkan sampah-sampah yang melilit pohon di bantaran Ciliwung ini bentuk perbuatan melawan hukum. Ia menilai pemerintah membiarkan sumber-sumber pencemaran terus terjadi.
“Temuan 1.332 pohon terlilit sampah plastik adalah bukti tidak seriusnya pemerintah dalam menjaga kelestarian dan kualitas air Ciliwung,” ungkapnya.
Rutin Memantau Kualitas Air Sungai Ciliwung
Kasi Humas Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Yogi Ikhwan menyatakan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH)) selama ini tidak hanya melakukan imbauan edukasi dan penegakkan hukum pada warga yang kedapatan membuang sampah ke DAS Ciliwung. Akan tetapi juga menggerakkan secara aktif Unit Pengelola Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
“Mengingat DKI Jakarta secara geografi dilalui oleh 13 sungai besar, penanganan sampah dilakukan di 1.742 titik rutin dan 10 titik khusus musim penghujan berupa sungai, kali, waduk, situ dan saluran penghubung yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Termasuk Sungai Ciliwung sendiri yang menjadi salah sungai besar di Jakarta,” tuturnya.
Ia menjelaskan, berbagai metode penanganan mulai dari penyisiran, menggunakan sekatan, saringan sampah, kapal dan alat berat sudah DLH DKI Jakarta lakukan.
Strategi penanganan sampah bergantung kondisi dari lokasi yang juga didukung dengan sarana berupa sekatan kubus apung, kapal penangkap sampah (berky), alat berat, serta saringan sampah otomatis.
Selain itu, DLH DKI Jakarta rutin melakukan pemantauan kualitas lingkungan termasuk kualitas air Sungai Ciliwung. “Minimal dua kali per tahun sesuai PP Nomor 22 Tahun 2021 kami pantau. Namun memang mikroplastik merupakan emerging polutan yang belum diatur baku mutunya,” jelasnya.
Cemaran Limbah Rumah Tangga dan Sampah Plastik Bahayakan Kesehatan
Kondisi Ciliwung yang memprihatinkan ini sangat kontradiktif dengan rencana PAM Jaya yang akan menggunakan Ciliwung sebagai bahan baku PDAM tahun 2023.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna berpendapat, sungai harus memenuhi kriteria kelayakan sebagai bahan baku PDAM. Selain potensi kandungan kontaminasi sampah dan mikroplastik, Yayat menyoroti tentang kandungan kontaminasi limbah B3 dan bakteri e.coli,sp, salmonella,sp yang dapat menyebabkan penyakit.
“Ini yang perlu diperhatikan karena kita ketahui Sungai Ciliwung juga menjadi WC terbesar bagi masyarakat yang tak memiliki sanitasi yang baik,” katanya kepada Greeners, Rabu (18/5).
Kualitas air sungai yang buruk akan mempengaruhi kesehatan dan berpotensi meningkatkan kasus stunting.
Selain itu, pasokan air Sungai Ciliwung sangat fluktuatif, bergantung kondisi musim. Saat musim penghujan, sungainya meluap sedangkan pada musim kemarau pasokan airnya surut. Ia menyebut, saat kemaraulah potensi limbah dari berbagai sumber itu terjadi.
Ia menyebut jika memang harus menggunakan Sungai Ciliwung sebagai bahan baku PDAM maka pemerintah harus belajar dari PDAM Bekasi. Menurutnya, PDAM Bekasi membangun tanggul untuk menjaga muka air bisa terkontrol agar pasokan airnya stabil.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin