Pekan Ini, 15 Wilayah di Pesisir Indonesia Bakal Dilanda Banjir Rob

Reading time: 3 menit
Potensi banjir rob dan anomali iklim laut harus terus masyarakat waspadai. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Masyarakat di 15 wilayah di sekitar pesisir laut harus mewaspadai potensi rob dan adanya anomali iklim laut. Perpaduan kondisi ini, tidak hanya menyebabkan banjir rob. Jika infrastruktur di pesisir tidak kuat menahan desakan air pasang, dampak banjir rob bisa lebih parah.

Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widodo S Pranowo mengimbau perlunya peningkatan kewaspadaaan terkait hal itu.

Menurutnya anomali iklim laut imbas perubahan iklim ini akan memperparah terjadinya banjir rob. Seperti halnya kejadian di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang pada 23 Mei 2022 lalu.

“Banjir rob pada 23 Mei lalu disebabkan adanya anomali penumpukan massa air akibat seretan angin terhadap muka laut dari arah timur. Kekuatan angin ini sepertinya lebih ekstrem dibanding angin monsun timur biasa. Hal ini menyebabkan massa air lebih banyak dan lebih kuat menuju ke arah Pelabuhan Tanjung Mas,” katanya kepada Greeners, Selasa (31/5).

Massa air inilah yang kemudian mampu menjebol tanggul dan membanjiri daratan. Padahal tanggul umumnya jauh lebih tinggi dibanding elevasi maksimum muka laut.

Ia menjelaskan, penyebab tingginya pasang air laut di pesisir laut utara Jawa Tengah karena fase periode pasang tinggi. Akan tetapi, berdasarkan data dinamika tinggi muka laut dari gaya gravitasi bulan dan matahari, elevasi muka laut tertinggi yaitu jatuh pada tanggal 19 Mei 2022. Itu artinya, sambung Widodo pada 23 Mei 2022 lalu bukanlah pasang tertinggi.

Elevasi muka laut tertinggi sebenarnya terjadi pada 19 Mei 2022 dengan ketinggian 1 meter. Sementara pada 22 Mei 2022 elevasi muka laut tertinggi hanya sekitar 0,88 meter. Lalu pada 23 Mei 2022 elevasi muka laut tingginya sekitar 0,76 meter.

Kondisi Iklim Laut Ekstrem Sulit Diramalkan, Banjir Rob Terus Jadi Ancaman

Menurut Widodo, kondisi iklim-laut ekstrem sangat sulit peneliti ramalkan. Itu artinya, anomali iklim sangat mungkin terjadi kapan saja. Berbeda dengan pasang surut yang sifatnya harmonik mengikuti gerak bumi, matahari dan bulan.

“Perlu pemantauan secara kontinyu dengan satelit pada area pantauan yang luas pada Samudera Hindia dan Pasifik,” imbuhnya.

Kendati demikian, ia juga menegaskan untuk tetap memantau dinamika turunnya muka tanah, utamanya di wilayah pelabuhan secara teratur.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis informasi potensi banjir rob di wilayah pesisir tanah air pada 30 Mei hingga 7 Juni 2022. Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, rob berpotensi terjadi di 15 wilayah pesisir Indonesia.

Adapun 15 wilayah pesisir Indonesia yang harus mewaspadai potensi banjir ini, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung. Selanjutnya, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Kemudian, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur serta Maluku.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo mengatakan banjir rob terjadi seiring dengan adanya fase bulan baru yang berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut.

Eko mengimbau, masyarakat di wilayah berpotensi banjir rob agar melakukan upaya adaptasi dan mitigasi. “Misalnya jika masih ada kegiatan perikanan darat dan tambak maka perlu antisipasi untuk mempercepat hasil panen diikuti dengan menanggul tambak-tambak tersebut,” katanya.

Selain itu, untuk daerah-daerah yang memang sangat sulit untuk mengembalikan air laut yang ada di darat menuju laut perlu penambah pompa.

BPBD DKI Jakarta Siaga di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memastikan telah siaga mengantisipasi dampak banjir rob di pesisir Utara Jakarta periode 29 Mei-3 Juni mendatang. Lima wilayah di Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu terancam banjir rob.

Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta M Insyaf menyebut, banjir rob berpotensi terjadi di Pademangan, Penjaringan, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kepulauan Seribu. Pasang air maksimum perkiraannya terjadi pukul 19.00-24.00 WIB.

BPBD DKI Jakarta telah memberikan informasi peringatan dini banjir rob. Selain itu juga memantau tinggi muka air. Peralatan pompa juga telah siaga.

“Apabila air masih tinggi dan membahayakan maka warga sekitar akan dipindahkan sementara ke lokasi pengungsian terdekat,” ungkapnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top