Jakarta (Greeners) – Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menegaskan sikapnya untuk ikut berkomitmen pada rencana mengurangi penggunaan kantong plastik dalam transaksi perdagangan. IKAPPI bahkan menyatakan akan menggunakan kantong organik sebagai alternatif pengganti kantong plastik.
Abdullah Mansuri, Ketua umum IKAPPI mengatakan, IKAPPI akan mendorong penggunaan daun dan kertas untuk membungkus barang-barang belanja konsumen. Ia meyakini kalau bahan-bahan pengganti kantong plastik itu dinilai lebih ramah lingkungan dan bisa didaur ulang dengan cepat.
“Bagaimanapun juga, sejak dulu kala pedagang pasar tradisional selalu menggunakan daun untuk membungkus barang belanjaan. Kami akan kembali menggunakan itu agar lebih ramah lingkungan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (17/02).
Abdullah juga menyatakan bahwa hari ini IKAPPI telah mengirimkan surat ke 700 paguyuban pasar di seluruh Indonesia untuk menyerukan agar pedagang kembali menggunakan daun dan kertas untuk membungkus bahan belanjaan, dan tas anyaman untuk barang dagangan besar. Meski IKAPPI tidak dapat memungkiri jika bahan basah masih menggunakan kantong plastik, tetapi pedagang pasar tradisional akan terus mendorong agar pedagang pasar dapat diet plastik.
Untuk mendukung kebijakan ini, IKAPPI juga meminta agar pemerintah melibatkan pedagang pasar dalam pembahasannya, termasuk soal penetapan harga plastik berbayar jika ingin menerapkannya di pasar tradisional. Sosialisasi juga harus terus dilakukan agar pedagang bisa mendapatkan informasi secara lengkap dan utuh. Selain itu, edukasi konsumen juga sangat penting karena pedagang juga masih bergantung pada permintaan konsumen.
“Kebijakan apapun akan kami dukung selama itu untuk kebaikan alam, lingkungan dan pedagang pasar tradisional. Tetapi jika kebijakan tersebut justru menyulitkan pedagang, maka kami akan sampaikan keberatan kami. IKAPPI berharap pemerintah serius melakukan sosialisasi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika tidak, maka jangan pernah berharap kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik,” tandasnya.
Penulis: Danny Kosasih