Jakarta (Greeners) – Puncak pandemi Covid-19 di Indonesia yang diperkirakan terjadi pada April dan bertepatan dengan puasa Ramadan, dikhawatirkan membuat pasokan bahan pangan berkurang. Di China dampak wabah terhadap stok makanan juga telah dirasakan sejak dua bulan wabah korona terjadi.
Melansir economist.com, pembatasan pergerakan orang di China, membuat rumah pemotongan hewan kekurangan tenaga sehingga produksi daging terhambat. Pakar pertanian di sana juga menyebut terdapat ketidakjelasan waktu penanaman musim semi. Karena terganggunya pengiriman pupuk ke petani dan pencegahan pekerja yang diperlukan untuk aktivitas menanam.
Sedangkan di Indonesia, menurut Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), stok bahan pokok masih aman dan tercukupi. Namun, terkendala jadwal distribusi akibat penerapan pembatasan jarak (physical distancing) yang diimbau pemerintah pusat untuk menekan persebaran virus. “Yang saya khawatirkan untuk stok pangan di kota, karena suplai yang kurang, harga pangan akan jadi tinggi,” ujar Staf Advokasi KRKP Siti Rizkah Sagala, pada Greeners, Selasa, (24/03/2020).
Baca juga: Pemerintah Perlu Tangani Sampah Masker
Rizkah mengatakan satu hektar sawah bisa menghasilkan enam hingga delapan ton gabah. Menurutnya, saat ini panen sedang terjadi di daerah Subang, Indramayu, dan beberapa daerah di Jawa Timur hingga bulan Mei nanti.
“Aktivitas petani tidak terhambat, masih seperti biasa pergi ke sawah, kebun, atau ladang. Hanya sedikit mengurangi pertemuan dengan banyak orang. Saat ini yang membuat para petani bingung cara distribusi ke kota,” ucap Rizkah.
Selain itu, di sektor perikanan, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati mengatakan produksi di sektor perikanan masih stabil. Namun, harga pasar melemah.“Covid-19 ini tidak melunturkan semangat nelayan untuk mencari ikan. Walau mereka sebenarnya takut dan tidak ada pilihan,” kata Susan.
Namun, di samping kekhawatiran akan stok bahan pangan, para petani juga dinilai masih belum teredukasi mengenai virus corona. Menurut Said Abdullah, Koordinator KRKP, sosialisasi mengenai pembatasan jarak kepada petani masih kurang. Sementara, hasil studi para peneliti Institut Teknologi Bandung menyimpulkan penyebaran Covid-19 akan memuncak pada akhir Maret hingga awal April. Hal tersebut dianggap akan berdampak pada panen raya yang biasanya melibatkan orang banyak.
Baca juga: Melindungi Keanekaragaman Hayati Cegah Kemunculan Virus Baru
“Di jalur Pantura terutama Karawang-Subang, ketika panen raya tidak hanya petani yang berkumpul, tetapi dari buruh panen, pedagang gabah sampai yang berjualan ramai di sawah,” ujar Said.
Said meminta agar pemerintah daerah mengambil peran untuk menanggulangi Covid-19 terutama pada kelompok petani. Ia menyayangkan pihak desa maupun pemerintah setempat yang belum mengambil langkah serius untuk mengatasi hal ini.
Pemerintah Pastikan Ketersediaan Bahan Pokok Memadai
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahan pokok untuk masyarakat cukup memadai di tengah pandemi Covid-19 ini. Ia mengingatkan agar provinsi atau daerah memastikan ketersediaan bahan pokok dan mempertahankan daya beli masyarakat.
“Tolong dilihat betul keadaan para buruh, terutama para pekerjaan harian, para petani, para nelayan. Juga yang terkena dampak terlebih dahulu, para pelaku usaha mikro, usaha kecil, agar kita usahakan agar daya belinya tetap terjaga dan bisa tetap beraktivitas dalam berproduksi,” kata Jokowi, melalui video konferensi, Selasa (24/03/2020).
Setiap kegiatan yang ada di provinsi, kabupaten, dan kota, kata Jokowi, diarahkan menjadi Program Padat Karya Tunai. Hal ini untuk mempertahankan daya beli masyarakat. “Sebentar lagi juga akan kita keluarkan kebijakan untuk penerima Kartu Sembako. Selama enam bulan mendatang akan kita tambah Rp50.000 sehingga (akan) diterima Rp200.000 per keluarga penerima manfaat. Anggaran yang telah kita siapkan Rp4,5 triliun,” ucapnya.
Penulis: Dewi Purningsih
Editor: Devi Anggar Oktaviani