Jakarta (Greeners) – Kedua ekor panda yang dipinjamkan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (betina) telah satu minggu tiba di Indonesia. Tim dokter karantina pun tengah sibuk memantau perkembangannya. Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Kementerian Pertanian, Mulyanto mengatakan, pada masa karantina, sepasang panda ini akan melakukan pengecekan ulang soal penyakit dari cek air seni, jantung, darah, gigi dan feses.
“Sampai saat ini sih masih aman. Sejak hari pertama, mereka bisa beradaptasi dengan baik. Satwa ini kan bisa dibilang satwa spesifik, mirip beruang di Indonesia, hanya saja herbivora. Beberapa jenis kerentanan penyakit yang kemungkinan menjangkit Cai Tao dan Hu Chun itu bisa bakteri salmonella spesies, rabies, sirosis hati dan TBC. Tapi kerentanan ini kan masih tahap eksplorasi dan pengawasan. Sampai sekarang mereka sehat-sehat saja,” jelasnya kepada Greeners, Jakarta, Selasa (03/10).
BACA JUGA: Dua Ekor Giant Panda Hadir di Taman Safari Indonesia
Pasangan panda berumur 7 tahun ini juga akan diberikan condition training untuk duduk, makan dan membuka mulut saat makan. Setelah masa karantina, berbagai fasilitas pun telah disiapkan oleh Taman Safari Indonesia. Satwa yang memiliki bobot lebih 100 kg ini akan memiliki rumah di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian 15 sampai 24 derajat Celcius. Tempat tinggal mereka berdua dinamakan Rumah Panda Indonesia.
Direktur sekaligus pemilik Taman Safari Indonesia (TSI) Jansen Manansang mengatakan, rancangan arsitektur kedua satwa yang bergaya oriental ini pun diharapkan mampu menjadi istana seluas 4.800 meter persegi menjadi rumah bagi mereka. Rumah Panda Indonesia ini terbagi atas empat habitat, dua di dalam ruangan dan dua luar ruangan. Habitat ini, katanya, dilengkapi area khusus edukasi, perawatan kesehatan hewan dan penelitian medis, begitu juga persiapan makanan dan pengolahan bambu.
“Untuk makanan, setiap hari, panda raksasa dewasa memerlukan 17 kilogram atau 10 sampai 14 kilogram batang bambu. Untuk mengamankan ketersediaan makanan, TSI sudah menyiapkan 10 hektar lahan yang ditanami 63 jenis bambu karena dari 29 jenis bambu yang paling disukai, 10 jenisnya itu ada di Indonesia,” tambahnya.
Mengenai pengembangbiakan panda, Jansen mengaku akan melakukan persiapan dalam memperhitungkan waktu yang tepat untuk kawin. TSI, katanya, akan memeriksa darah dan air kencing setiap bulan guna memastikan masa perkawinan. Saat memasuki masa kawin pun akan dilakukan penutupan kandang agar tak jadi tontonan.
Panda betina memiliki kesuburan optimal dalam setahun hanya dua hari. Untuk itu, lanjutnya, perlu teknologi pengembangbiakan yang canggih. Masa perkawinan panda raksasa ini berkisar antara Februari hingga Mei, sedangkan masa kelahiran berkisar pada Juni hingga Oktober. Tanda-tanda musim kawin seperti nafsu makan panda menurun, perubahan warna dan besar vulva, senang bermain air dan mau bersebelahan bersama jantan.
“Kita berharap dalam tiga tahun sudah berkembangbiak. Nanti setelah anak lahir usia 2 atau 3 tahun akan kita kembalikan untuk menghindari perkawinan sedarah yang berpotensi merusak genetik dan menyebabkan cacat,” tutupnya.
BACA JUGA: 14 Telur Komodo Berhasil Menetas di Taman Safari Indonesia
Sebagai informasi, sepasang giant panda yang tiba di Indonesia ini merupakan jenis Alluropoda melanoleuca. Panda masuk dalam kategori Appendiks I CITES dan merupakan satwa endemik sekaligus ikon bagi negara asalnya, yaitu Tiongkok. Menurut masyarakat Tiongkok, terdapat filosofi Yin dan Yang dari fitur bulu yang berwarna hitam dan putih pada panda. Yin dan Yang dipercaya sebagai bentuk keseimbangan bagi masyarakat Tiongkok.
Kedua panda ini dipinjamkan pemeritah China dengan tujuan pengembangbiakan (breeding loan). Persetujuan breeding loan merupakan tindak lanjut nota kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemrintah China, serta kerjasama business to business antara PT Taman Safari Indonesia dengan China Wildlife Conservation Association (CWCA) pada 1 Agustus 2016 lalu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P. 83/Menhut-II/2014 tentang Peminjaman Satwa Liar Dilindungi ke Luar Negeri untuk Kepentingan Pengembangbiakan, kegiatan breeding loan harus berada di bawah pengelolaan LK (Lembaga Konservasi).
Berdasarkan data dari International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), satwa ini tercatat dalam zona merah. Berkat usaha Tiongkok merehabilitasi, pada 2016 satwa ini masuk spesies rentan (vulnerable) dari yang sebelumnya terancam (endangered). Kini, habitat panda raksasa di alam bebas pada 2017 tercatat sekitar 1.800.
Penulis: Danny Kosasih