Surabaya (Greeners) – Negara-negara anggota ASEAN menyepakati untuk tetap waspada dan memantau pelaksanaan kegiatan pencegahan kabut asap, dimana di kawasan ASEAN utara, musim hujan yang diperkiraan sedang berlangsung sampai musim kemarau Desember 2013.
Untuk kawasan ASEAN selatan , musim kemarau diperkirakan akan terus berlanjut sampai awal Oktober 2013. Peningkatan hotspot dapat menyebabkan terjadinya kabut asap lintas pada kondisi cuaca kering.
Hal tersebut merupakan salah satu hasil keputusan dalam The 9th Meeting of the Conference of The Parties (COP-9) to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluttion, yang merupakan bagian dari pertemuan informal menteri lingkungan hidup ASEAN (14th Meeting of the Informal Ministerial Meeting on Environment (IAMME) and Related Meetings) yang dilangsungkan di Surabaya mulai 23 September dan ditutup pagi ini oleh Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, sesuai siaran pers dari KLH yang diterima Greeners.
Pertemuan tersebut juga merekomendasi kepada para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke 23 bulan Oktober 2013 untuk mengadopsi Hotspot Monitoring Systems (HMS) sebagai sistem pemantauan kabut bersama antara negara-negara MSC. Peta penggunaan lahan dan peta digital konsesi daerah rawan kebakaran yang menyebabkan asap lintas batas dapat diakses antar pemerintah.
Juga dibentuk pembentukan Satuan Tugas (task force) yang terdiri dari Panel Ahli Pengkajian dan Koordinasi Kebakaran dan Kabut asap untuk memantau tingkat kewaspadaan dan memformulasikan poin memicunya.
Juga diadopsi pembaharuan ASEAN Peatland Management Strategy (2006-2020) serta apresiasi kemajuan dalam Work Programme of the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution termasuk The ASEAN-wide Fire Danger Rating System, implementasi the ASEAN Peatland Management Strategy (2006-2020) dan implementasi The Strategic Review on Sub-Regional Ministerial Steering Committee (MSC) on Transboundary Haze Pollution programmes.
Pertemuan IAMME ke 14 membahas antara lain isu perubahan Iklim dan pemanasan global, konservasi alam dan kehati, pengelolaan sumber daya air, pengelolaan lingkungan perkotaan, pesisir dan laut, pendidikan lingkungan serta ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint (ASCC).
Keputusan lainnya yaitu Adopsi The ASEAN Environmental Education Action Plan (AEEAP) 2014-2018 sebagai rencana kelanjutan dari AEEAP 2008-2012 serta penerbitan The ASEAN Guidelines on Eco-schools sebagai acuan untuk mempromosikan pembangunan dan pembentukan eco-schools di negara-negara anggota ASEAN .
Selain itu, juga tercapai kesepakatan bahwa The 3rd ASEAN Environmentally Sustainable City (ESC) Award dan 2nd Certificate of Recognition Presentation Ceremony dilaksanakan bersamaan dengan IAMME ke 15 tahun 2014 di Laos. Pemberian Penghargaan ini bertujuan untuk mempromosikan kota ramah lingkungan yang berkelanjutan di ASEAN dengan mengakui upaya keteladanan dan berbagi praktik terbaik untuk menjaga kota yang bersih, hijau, dan ditinggali.
Pertemuan juga mengadopsi The ASEAN Joint Statement on Sustainable Consumption and Production antara lain sebagai komitmen negara-negara ASEAN maupun dengan Mitra Dialog ASEAN, Badan PBB terkait dan mitra internasional lain tentang The 10-Year Framework of Programme on Sustainable Consumption and Production (10YFP) dengan Indonesia sebagai leader. Para Menteri juga mendorong pemangku kepentingan yang relevan di ASEAN, termasuk sektor swasta dan masyarakat untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, peningkatan kapasitas, menerapkan praktik terbaik, serta promosi kerjasama regional.
Hadir dalam pertemuan ini Menteri Lingkungan Hidup atau yang mewakili dari Brunei, Malaysia, Laos dan Singapura, Kamboja, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam, serta mitra Menteri Lingkungan Hidup atau yang mewakili Menteri dari China, Korea Selatan dan Jepang. (G02)