Jakarta (Greeners) – Beberapa wilayah di Indonesia terlihat mulai mengalami kekeringan, khususnya di bagian barat Indonesia, seperti Tasikmalaya, Wonogiri, dan Brebes, Jawa Tengah. Akibatnya, banyak sawah petani mengalami gagal panen karena kemarau yang panjang.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memang pernah memprediksi bahwa tahun 2014 akan terjadi kemarau panjang di sejumlah wilayah di Indonesia. Kemarau panjang yang terjadi pun mengakibatkan keterlambatan datangnya musim penghujan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Mulyono R Prabowo mengatakan, bahwa puncak musim kemarau seharusnya sudah lewat, yaitu pada bulan Agustus lalu. Namun, masih ada beberapa wilayah yang masih terkena dampak musim kemarau tersebut.
“Seperti di wilayah Playen, Gunung Kidul yang sudah 67 hari tak diguyur hujan. Itu masuk pemetaan BMKG,” ujar Mulyono, Jakarta, Senin (08/09).
Selain Playen, lanjut Mulyono, beberapa lokasi lain yang mengalami kekeringan panjang 31-60 hari tanpa hujan,adalah Brosot dan Sewon di Bantul, serta Nglipar dan Panggang di Gunung Kidul.
Sedangkan untuk musim penghujan sendiri, Mulyono menyatakan, bahwa BMKG telah memperkirakan pada pertengahan bulan Oktober hingga November 2014 akan menjadi awal turun musim hujan untuk periode 2014/2015.
Musim penghujan tersebut akan turun dengan sifat hujan normal, dan musim hujan pada periode ini secara umum akan turun di sebagian wilayah di Indonesia. Selain itu, jelas Mulyono, musim penghujan juga akan mengalami keterlambatan yang berbeda-beda di beberapa tempat sesuai dengan zona musimnya.
“Dari 342 zona musim (ZOM), prakiraan awal musim hujan pada bulan Oktober, 35,7 persen akan memulai musim hujan di 122 ZOM, dan 37,7 persen di bulan November di 129 ZOM,” jelas Mulyono lagi.
Selain itu, untuk kondisi suhu muka laut yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Indonesia relatif masih sama dengan titik normal hingga awal tahun 2015. Aliran pergerakan uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia akan sama seperti kondisi normal, dan tidak terjadi penambahan uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia.
“Melihat perbandingan karakteristik iklimnya selama 30 tahun ini (1981- 2010), maka awal musim hujan 2014/2015 diperkirakan akan mundur,” katanya.
(G09)