Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa gempa besar berkekuatan 7,8 skala Richter di Nepal dengan pusat gempa di darat pada kedalaman 15 kilometer bisa terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Seperti di sebelah barat Sumatera, Jawa bagian selatan kearah timur, kemudian Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu ada juga Papua bagian utara ke arah barat dan Sulawesi bagian utara.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Mulyono R Prabowo mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak wilayah yang berpotensi mengalami gempa yang sama seperti yang terjadi di Nepal. Hal ini dikarenakan kondisi tektonik Indonesia saat ini cukup lengkap dan daerah-daerah yang disebutkan tadi merupakan daerah pertemuan lempeng bumi yang berpotensi terjadi gesekan.
“Kan masing-masing lempeng bumi itu saling mendorong, lalu pada saat tertentu mereka akan mengunci. Namun, kalau dorongannya semakin kuat dan kuncian tadi lepas, disitu energi yang mengumpul tertumpah ruah menjadi gempa,” jelasnya kepada Greeners, Jakarta, Senin (04/05).
Sedangkan untuk efek gempa yang terjadi di Nepal, BMKG menyatakan gempa besar yang menelan ribuan korban jiwa tersebut tidak akan berimbas ke Indonesia. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Mochammad Riyadi mengatakan bahwa memang lempengan-lempengan tektonik selalu bergerak dan saling mendesak satu sama lain. Namun, kriteria lempeng yang terdapat di Nepal, tidak menyambung secara langsung dengan lempeng yang berada di Indonesia.
Selain itu, ia menjelaskan, Nepal berada di wilayah perbatasan antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Sedangkan wilayah Indonesia yang berada di lempeng Eurasia adalah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Enggak kok, gempa Nepal tidak berefek apa-apa ke Indonesia. Tidak perlu khawatir,” tambahnya.
Di lain sisi, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, berharap masyarakat selalu waspada karena Indonesia termasuk negara yang rawan akan bencana gempa.
Dia menjelaskan, banyaknya korban jiwa saat gempa terjadi sebenarnya bukan disebabkan oleh bencana gempa tersebut namun akibat bangunan yang menimpa korban. Untuk itu masyarakat diharapkan membangun rumah dengan konstruksi yang tahan gempa.
“Indonesia ini dikelilingi oleh wilayah rawan gempa. Oleh karena itu, untuk menekan korban jiwa, masyarakat diharapkan memahami periode sebelum, saat terjadi, serta pascagempa,” tuturnya.
Sebagai informasi, gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menerjang Nepal pada Sabtu, 25 April 2015. Hingga hari ini, korban tewas akibat gempa besar tersebut diperkirakan telah menembus angka 5.000 jiwa lebih. Di Indonesia, BNPB mencatat bahwa pasca gempa yang terjadi di Nepal tersebut, Indonesia pun mendapat guncangan gempa dengan kekuatan 5,1-5,2 skala Richter.
BNPB dan BMKG mencatat sejak Sabtu (25/04/2015) hingga Minggu (26/04/2015) telah terjadi 4 kali gempa yaitu pada sabtu pukul 07.49 gempa dengan kekuatan 5 SR yang terjadi di 14 Km Tenggara Maluku Barat Daya.
Kemudian, pukul 23.41 WIB gempa 5,7 SR mengguncang 88 Km barat laut Pulau Morotai Maluku Utara. Lalu pada minggu pukul 17.37 WIB, gempa 5,2SR terjadi di 83 Km Tenggara Sumba Timur NTT dan pada pukul 19:55 WIB, gempa kekuatan 5,1SR terjadi di 62Km barat daya Pesisir Selatan Sumatera Barat.
Keempat gempa yang terjadi tersebut semuanya berpusat di laut. Sehingga gempa terasa lemah dan cenderung masyarakat tidak menyadari gempa tersebut. Selain itu, tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa yang terjadi.
Penulis: Danny Kosasih