Jakarta (Greeners) – Ketua delegasi Cina, Zhao Yingmin, yang juga Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup, dan Joyce Msuya, Plt Ketua UN Environment, mengumumkan Cina akan menjadi tuan rumah perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni 2019 yang akan mengangkat tema polusi udara. Sejalan dengan tema ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan fokus pada penanganan emisi dari kendaraan dan memperketat konsentrasi parameter polusi udara.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019 telah mendorong pemerintah, industri, komunitas dan individu untuk bersama-sama mengeksplorasi energi terbarukan dan teknologi hijau, serta meningkatkan kualitas udara di perkotaan dan regional di seluruh dunia.
Diperkirakan tujuh juta orang meninggal dini akibat polusi udara di seluruh dunia, sekitar empat juta dari kematian tersebut terjadi di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, polusi udara merugikan ekonomi global sebanyak 5 triliun dolar setiap tahun dari segi biaya kesejahteraan dan polusi ozon pada tingkat lahan diprediksi akan mengurangi produksi pangan hingga 26 persen pada tahun 2030.
BACA JUGA: KLHK Bantah Laporan Greenpeace, Kualitas Udara Jakarta Bukan yang Terburuk
Dalam pengendalian masalah polusi udara ini, pemerintah Indonesia menyatakan akan mengendalikan semua sumber pencemaran udara, meski demikian akan lebih fokus pada penanganan emisi kendaraan.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Karliansyah mengatakan terkait dengan pengendalian polusi udara, saat ini pemerintah sedang mengembangkan program kebijakan bahan bakar setara EURO 4, revisi baku mutu emisi pembangkit listrik tenaga termal, pembangkit berbahan bakar biomassa, kendaraan ramah lingkungan seperti kendaraan berbahan bakar gas, kendaraan listrik dan LRT.
“Semua sumber pencemar kita upayakan untuk ditangani namun emisi ini diutamakan karena emisi dari kendaraan bermotor menjadi sumber utama pencemaran udara hampir 70%. Menurut pemantauan hasil udara yang tidak baik itu antara pukul 07.00-10.00 nanti pukul 11.00 emisi turun dan sekitar pukul 15.00-19.00 akan naik lagi. Jadi program kita mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Selain itu, KLHK juga akan melakukan pencegahan karhutla serta pemulihan ekosistem gambut,” kata Karliansyah saat dihubungi oleh Greeners, Jumat (05/04/2019).
BACA JUGA: Kualitas Udara Jakarta Buruk, KPBB Somasi Gubernur DKI Jakarta
Sementara itu, sebagai tuan rumah penyelenggaraan Lingkungan Hidup Sedunia 2019 pemerintah Cina berkomitmen untuk menumbuhkan sektor energi hijau. Saat ini Cina telah memproduksi setengah dari kendaraan listrik di dunia dan 99 persen dari bis listrik di seluruh dunia.
Dengan menjadi tuan rumah Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019, pemerintah Cina dapat menunjukkan inovasi dan kemajuan yang telah dilakukan untuk menuju lingkungan yang lebih bersih.
“Cina akan menjadi tuan rumah yang sesuai untuk peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019. Negara tersebut telah memperlihatkan kepemimpinan dalam mengatasi isu polusi udara di dalam negeri. Hal tersebut dapat mendorong negara lainnya untuk melakukan aksi lebih besar lagi. Polusi udara merupakan darurat global yang mempengaruhi semua orang. Cina akan memimpin perubahan dan mendorong aksi global untuk menyelamatkan jutaan jiwa,” kata Joyce Msuya berdasarkan siaran pers yang diterima oleh Greeners.
Berdasarkan laporan PBB terbaru tentang polusi udara di Asia dan Pasifik, dengan menerapkan 25 kebijakan teknologi akan bisa menurunkan 20 persen karbon dioksida dan 45 persen emisi gas metan secara global yang berkontribusi pada penghematan sepertiga derajat Celsius atas pemanasan global.
Oleh karena itu, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019 akan mendorong pemerintah, industri, komunitas dan individu untuk bersama-sama mengeksplorasi energi terbarukan dan teknologi hijau, serta meningkatkan kualitas udara di perkotaan dan regional di seluruh dunia.
Penulis: Dewi Purningsih