Menteri Susi Ajak Masyarakat Indonesia ‘Menghadap Laut’

Reading time: 2 menit
menghadap laut
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto: greeners.co

Jakarta (Greeners) – Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus pembina utama Pandu Laut Nusantara Susi Pudjiastuti mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan gerakan “Menghadap Laut” yakni merawat laut sebagai beranda terdepan Indonesia. Gerakan ini akan dilakukan di 73 titik utama dari Aceh sampai ke Papua. Bersama 24 kelompok masyarakat, LSM, pecinta laut dan tokoh publik seperti Kaka dan Ridho Slank, gerakan ini menyerukan “laut bukan tempat sampah”.

“Sebagai bukti dan cinta di acara kemerdekaan Indonesia, Pandu Laut ingin mempersembahkan sebuah Aksi Nasional yang akan kita lakukan dan sudah diidentifikasi ada di 73 titik. Maka dengan ini Saya mengimbau semua bangsa Indonesia, rakyat Indonesia, anak-anak muda Indonesia yang menginginkan Indonesia sebagai poros maritim dunia untuk mengikuti acara Pandu Laut ‘Menghadap Laut’ pada 19 Agustus 2018,” ujar Susi pada konferensi pers yang diadakan di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta, Senin (13/08/2018).

Gerakan ini dilakukan karena tingginya pencemaran sampah plastik di laut terus menjadi perhatian dunia. Dalam hal ini Indonesia memiliki rekor yang buruk. Penelitian Jenna Jambeck dari University of Georgia menunjukkan Indonesia termasuk dalam 10 negara penyumbang terbesar sampah plastik ke laut, dengan perkiraan 0,48-1,29 juta ton per tahun. Pencemaran ini akan berdampak pada kesehatan masyarakat, turunnya hasil laut dan mengurangi potensi pariwisata.

BACA JUGA: Susi Pudjiastuti Resmikan Pandu Laut Nusantara 

Acara Pandu Laut “Menghadap Laut” akan dilaksanakan pada 19 Agustus 2018, dimulai pukul 15.00 WIT, 14.00 WITA, dan 13.00 WIB. Menurut Susi, saat ini sudah ada lebih dari 1 juta orang di Indonesia yang akan membersihkan pantai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote.

“Cinta dan kesetiaan kita untuk menjaga dan merawat wilayah perairan kita (wujudkan) dengan mengambil, memungut, dan mengamankan sampah-sampah yang ada di depan kita terutama sampah plastik dan sampah-sampah yang tidak bisa di recycle oleh alam,” kata Susi.

Dalam acara yang sama, direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tiza Mafira, mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Asosiasi Industri Plastik sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik. Selain itu, menurut World Economic Forum tahun 2016, sebanyak 32% sampah plastik yang terpakai di seluruh dunia akhirnya mengotori lingkungan.

“Kebanyakan masalah sampah plastik berasal dari plastik sekali pakai dan karena plastik terbuat dari bahan yang tidak dapat terurai. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau setara dengan 85.000 ton kantong plastik,” kata Tiza.

Selain itu, sampah kantong plastik memiliki nilai yang rendah. Sampah plastik hanya 2% saja yang bisa di daur ulang secara efektif, selebihnya sebesar 40% hanya menumpuk di TPA.

“Apabila tidak segera dilakukan langkah pencegahan, menurut World Economic Forum, di tahun 2050 akan lebih banyak sampah plastik di laut dibandingkan ikan dan berdasarkan riset yang dilakukan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, sepertiga sampel ikan yang ditangkap di daerah Timur Indonesia mengandung mikroplastik,” jelas Tiza.

BACA JUGA: Our Ocean Conference 2018, Menagih Komitmen Dunia atas Keberlanjutan Laut 

Tiza turut menegaskan bahwa laut bukan tempat sampah dan langkah yang terbaik adalah mengajak masyarakat Indonesia bersama-sama membersihkan pantai dan melihat sendiri keadaan pantai di Indonesia, karena membersihkan sampah plastik dari pantai bukanlah hal yang mudah. Ia juga mengatakan bahwa solusi membersihkan pantai ini harus didukung dengan mencegah penggunaan sampah sekali pakai itu sendiri.

Sebagai informasi, kegiatan ini diorganisir langsung oleh Sekretariat Pandu Laut Nusantara dan Yayasan EcoNusa bersama kelompok-kelompok masyarakat secara swadaya di seluruh Indonesia. Informasi mengenai gerakan ini dapat dilihat dalam jaringan www.pandulaut.org.

Penulis: Dewi Purningsih

Top