Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) secara resmi meluncurkan gerakan Aksi Masyarakat untuk Penyelamatan Sungai Ciliwung pada Hari Selasa (05/03) ini, yang berlokasi di di Komunitas DAS Ciliwung MAT PECI (Masyarakat Peduli Ciliwung), Cawang, Jakarta Timur. Acara tersebut sempat terancam batal karena peringatan banjir yang dirilis oleh BNPB sehari sebelumnya. Air (banjir) memang hadir menggenangi area kegiatan tetapi tidak menghambat terselenggaranya acara.
Acara Aksi Masyarakat untuk Penyelamatan Sungai Ciliwung diawali dengan diskusi para pemangku kebijakan yang diundang dalam rangka mencari solusi pengelolaan DAS Ciliwung. Hadir dalam diskusi ini Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Ketua Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) Erna Witoelar, Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Imam Santoso Ernawi mewakili Menteri PU dan Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta M Tauchid yang mewakili Gubernur DKI Jakarta.
Selain itu, turut hadir para pemangku kepentingan seperti masyarakat pinggir DAS Ciliwung, komunitas DAS dan 7 organisasi perempuan. Aksi tersebut juga menjadi bagian dari serangkaian kegiatan Hari Peduli Sampah 2013 yang diperingati setiap tanggal 21 Februari.
Diskusi yang dipandu oleh Prita Laura ini berlangsung selama 45 menit membincangkan permasalahan seputar kolaborasi aksi masyarakat beserta pemangku kepentingan untuk kelestarian Das Ciliwung.
Menteri Lingkungan Balthasar Kambuaya menyampaikan dalam diskusi bahwa salah satu permasalahan utama Ciliwung adalah pengelolaan sampah. “Dalam beberapa waktu terakhir KLH tengah mengembangkan program bank sampah di berbagai daerah di Indonesia, sehingga diharapkan kedepannya sampah bisa menjadi komoditas dan tidak dibuang begitu saja.”ujar Balthasar.
Selain sampah, permasalahan Sungai Ciliwung pencemaran sehingga dimasukkan sebagai salah satu dari tiga belas sungai prioritas nasional 2010-2014. Berdasarkan data kerusakan ekosistem sungai pada 13 sungai prioritas tersebut umumnya telah mengalami penurunan tutupan hutan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kualitas air sungai dengan status mutu tercemar ringan sampai berat. Sungai Ciliwung merupakan ekosistem sungai yang mengalami tekanan beban pencemaran yang tinggi dibanding sungai-sungai lain di Pulau Jawa. Data menunjukkan penurunan kualitas air sungai terbesar diakibatkan dari air limbah domestik yakni sekitar 80%. Sisanya berasal dari usaha skala kecil (peternakan dan pertanian) dan kegiatan industri. Disamping air limbah domestik, sampah juga diyakini menurunkan kualitas air sungai karena jumlahnya cukup banyak.
“Penurunan kualitas Sungai Ciliwung sudah memprihatinkan dan kita harus segera bergerak serta bertindak cepat. Upaya penyelamatan Sungai Ciliwung harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan, baik oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, maupun masyarakat, para penggiat lingkungan,” kata Menteri LH.
Sungai Ciliwung melintasi berbagai kegiatan macam bentuk kegiatan manusia mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan, pemukiman padat penduduk, pariwisata, perkebunan hingga berbagai macam industri. Berbagai aktivitas tersebut selain menyebabkan penurunan mutu lingkungan juga menyebabkan kerusakan lingkungan Sungai Ciliwung seperti meningkatnya lahan kritis dengan erosi tanah yang tinggi, fluktuasi debit yang tinggi antara musim kemarau dan penghujan. Sehingga semakin sering terjadi banjir di DKI Jakarta dan ini menandakan DAS Ciliwung semakin tidak sehat dengan perbedaan debit air musim kemarau dan musim penghujan lebih dari 300 kali lipat. Semua air hujan yang ada menjadi air permukaan dan tidak lagi ada kesempatan untuk meresap ke tanah.
Sedangkan Erna Witoelar selaku ketua Gerakan Ciliwung Bersih memberikan apresiasi atas kegiatan ini. “Kalau kita bekerja bersama sama, kami yakin permasalahan Ciliwung akan bisa terselesaikan,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan pengukuhan polisi Ciliwung yang lahir dari inisiatif kelompok masyarakat Laskar Merah Putih. Polisi Ciliwung akan mengemban tugas menjaga dan meleatarikan kawasan sungai Ciliwung.
Kegiatan ditutup dengan rangkaian seremoni penanaman pohon khas Jakarta dan aksi perempuan dari kelompok ibu-ibu yang berasal dari daerah Condet Jakarta Timur. Para ibu-ibu menaiki perahu karet dan memungut sampah yang ada di pinggir kali Ciliwung.