LONDON, 13 Oktober 2016 − Tidak semua orang akan senang memakan serangga namun jangkrik yang sudah menjadi konsumsi pangan di beberapa negara, khususnya di negara-negara Asia Pasifik, justru sumber pangan yang kaya akan zat besi sama seperti bayam dan sayuran hijau lainnya.
Kini para ilmuwan menyatakan bahwa memakan serangga seperti jangkrik juga bisa menurunkan dampak dari perubahan iklim.
Para ahli gizi menunjukkan bahwa jangkrik memiliki tingkat protein dua kali lipat ketimbang daging. Dan upaya mengurangi konsumsi daging dapat dilihat sebagai salah satu bagian penting dalam melawan perubahan iklim.
Pasalnya, peternakan menyerap banyak hasil pangan dan air, juga memproduksi gas metan, gas rumah kaca yang lebih berbahaya daripada karbon dioksida.
Bisnis Besar
Peternakan jangkrik telah menjadi bisnis menguntungkan di beberapa daerah. Namun, masalah yang timbul adalah mereka menggunakan kaki ayam sebagai pangan jangkrik. Untuk masyarakat miskin, metode tersebut menjadi sangat mahal dan melampaui kemampuan petani biasa.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Anna Jansson, profesor untuk ilmu hewan di Swedish University of Agricultural Sciences, telah mengindentifikasi beberapa tanaman dan produk samping dari pertanian yang bisa dijadikan pangan jangkrik.
“Karena ada keuntungan bagi iklim dan lingkungan bila memakan serangga, kami percaya bahwa kebiasaan ini akan diterima, bahkan di negara-negara barat,” jelas Profesor Jansson.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa ada kemungkinan pangan lain untuk jangkrik yang tidak berkompetisi dengan produksi pangan lainnya,” imbuhnya.
Penelitian tersebut, yang sudah dipublikasikan di Journal of Insects as Food and Feed, mengungkapkan dampak dari pakan bagi jangkrik Kamboja (Teleogryllus testaceus) yang ditangkarkan.
Kamboja merupakan salah satu negara miskin di dunia yang mengalami masalah gizi buruk. Diperkirakan 40 persen anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi.
Penelitian Swedia tersebut dilakukan dalam rentang waktu 70 hari. Peneliti berhasil menemukan bagian atas tanaman, seperti singkong dan gulma (Cleome rutisdosperma) menggemukkan jangkrik sama seperti kaki ayam.
Gratis dari Alam
Kedua komoditas tersebut merupakan bahan gratis yang didapatkan dari alam, terutama di Kamboja sehingga menawarkan kesempatan bagi masyarakat miskin untuk bisa beternak jangkrik dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Para peneliti berharap jangkrik dan serangga lainnya bisa menjadi penganan di negara barat dan menggantikan konsumsi daging yang merugikan iklim.
Meski demikian, para peneliti menuliskan beberapa resep yang mungkin susah diterima sesuai selera barat, seperti jangkrik goreng dengan tortilla jagung (deep-fried corn tortillas with garlic-fried house crickets), jangkrik bakar dengan jamur mentega (roasted house crickets with buttered chanterelles), adas sowa, acar bawang dan biji mustar (dill, pickled onion rings dan mustard seeds).
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyarankan bahwa memakan serangga dapat mengatasi masalah pangan di dunia dengan populasi yang semakin berkembang. − Climate News Network