Jakarta (Greeners) – PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta memastikan hingga saat ini tidak ada kendala berarti yang berpotensi mengganggu proses pelaksanaan pembangunan proyek MRT. Dono Boestami, Direktur Utama PT MRT Jakarta, menyatakan, saat ini PT MRT Jakarta masih terus melakukan pekerjaan pengeboran untuk pembangunan konstruksi terowongan jalur bawah tanah sarana transportasi massal MRT.
“Ada empat mesin bor bawah tanah yang dipakai untuk membuat terowongan jalur bawah tanah MRT, mulai dari Senayan hingga Bundaran Hotel Indonesia. Dua mesin bor bawah tanah telah dioperasikan dari titik awal Patung Pemuda menuju ke arah utara hingga nantinya berakhir di titik Setiabudi,” katanya saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Jumat (22/04).
Pembangunan terowongan dari Senayan menuju Setiabudi ini dijadwalkan selesai pada awal 2017. Dono mengatakan bahwa saat ini pihaknya membangun dua terowongan untuk Jalan Jenderal Sudirman sampai Thamrin, yakni terowongan untuk kereta berangkat dan kembali yang masing-masing berdiameter 6,5 meter. Untuk pengeboran pertama, lanjutnya, telah dilakukan sejak Agustus 2015. Saat ini, terowongan yang sedang dibor adalah jalur dari Senayan mengarah ke Istora Senayan.
“Untuk mesin bor pertama sudah beroperasi sejak September 2015, sedangkan mesin bor kedua yaitu Antareja II, telah dioperasikan sejak November 2015 lalu. Mesin bor Antareja II ini telah mencapai titik Stasiun Istora dengan total panjang 655,5 meter (Patung Pemuda menuju Stasiun Senayan sepanjang 324 meter dan Stasiun Senayan menuju Stasiun Istora sepanjang 331,5 meter). Kami menargetkan pengeboran untuk membuat terowongan dari Senayan sampai Istora Senayan akan selesai pada pertengahan bulan depan, kemudian dilanjutkan menuju Setiabudi,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, lanjutnya lagi, mesin bor ketiga, yakni Mustikabumi I telah dioperasikan mulai dari titik Bundaran HI sejak 24 Februari 2016 dan saat ini terus melakukan penggalian menuju arah selatan hingga menembus Stasiun Dukuh Atas serta akan dilanjutkan hingga berakhir di titik Setiabudi. Keempat mesin bor tersebut diproduksi oleh perusahaan asal Jepang, yaitu Japan Tunnel Systems Corporation (JTSC) dengan menggunakan teknologi Earth Pressure Balance (EPB) pertama di Indonesia.
“Untuk memastikan penyelesaian pembangunan proyek MRT tepat waktu, kami berkomitmen untuk mengawasi kinerja kontraktor pelaksana demi menjamin kualitas pekerjaan. Kami (PT MRT Jakarta) juga secara intensif bekerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk memastikan kelancaran pembangunan proyek,” tutupnya.
Sebagai informasi, proyek MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih 110,8 kilometer, yang terdiri dari Koridor Selatan-Utara, yaitu koridor Lebak Bulus menuju Kampung Bandan sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur–Barat sepanjang kurang lebih 87 kilometer.
Presiden Joko Widodo sendiri berharap bahwa keberadaan MRT diharapkan bisa memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Jakarta. Salah satu manfaat keberadaan MRT adalah berkurangnya kepadatan kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan masyarakat pengguna kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Adanya MRT juga bisa menurunkan waktu tempuh dan meningkatkan mobilitas. Waktu tempuh antara Lebak Bulus sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30 menit. Sementara dari Lebak Bulus sampai Kampung Bandan target waktu tempuh sekitar 52,5 menit.
Sedangkan bagi lingkungan, hadirnya MRT dapat berdampak positif dengan mengurangi 0,7 persen dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun.
Penulis: Danny Kosasih