Pada masa pandemi Covid-19 ini, beberapa gunung di Indonesia sudah mulai terbuka bagi para pendaki. Meski begitu, para pendaki wajib menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, para pendaki harus mengambil pelajaran dari pandemi Covid-19, mengingat alam tengah memulihkan diri dari aktivitas manusia.
Jakarta (Greeners) – Anggota Eiger Adventure Service Team (EAST), Iwan ‘Kwecheng’ Iriawan, mengingatkan para pendaki lebih bijak ketika mendaki pada masa pandemi Covid-19. Menurut Kwecheng, para pendaki jangan sampai mengotori gunung dengan limbah medis seperti masker. Untuk memastikan keamanan bagi sesama pendaki maupun masyarakat di sekitar pegunungan, Kwecheng meminta para pendaki memilih masker yang tidak sekali pakai.
Dia menambahkan para pendaki juga harus lebih bijak dan bertanggung jawab dalam membuka ruang pada saat pendakian terutama untuk mendirikan tenda. Pasalnya, pada saat pandemi Covid-19 ini alam atau lebih khusus lagi gunung tengah memulihkan diri. Menurutnya, hal tersebut akan sia-sia jika para pendaki tidak mengubah pemikiran dan perilakunya.
“Perilaku kita yang harus dibangun dalam diri kita, katakanlah kita mengambil manfaat dari gunung atau alam. Kita juga harus memberi manfaat,” ujar Kwecheng pada webinar Greeners bertajuk “Sustainable Hiking”, Senin, (21/12/2020).
Pegiat Tidak Menyarankan Solo Hiking
Lebih khusus, Kwecheng juga menyoroti aktivitas pendakian seorang diri atau solo hiking yang marak menjadi konten media sosial. Dia tidak merekomendasikan pendaki mendaki seorang diri. Hal ini untuk menghindari hal-hal berbahaya dalam pendakian.
Selain itu, kata Kwecheng, pada masa pandemi Covid-19 ini aktvitas pendakian dengan jumlah banyak juga berisiko. Untuk itu, dia meminta para pendaki bijak dan memastikan kesiapan kesehatan sebelum mendaki.
“Dua orang (mendaki) juga tidak direkomendasikan. Paling minimal tiga orang, jadi ada satu orang jaga kalau terjadi apa-apa, dan seorang lagi meminta bantuan. Solo Hiking untuk konten juga tidak sepenuhnya sendiri dan selain itu harus bijak memberi informasi,” jelasnya.
Perlengkapan Syarat Penting Pendakian
Kwecheng menyebut dalam setiap tujuan pendakian, perlengkapan menjadi salah satu syarat penting. Menurutnya, perlengkapan dapat memuat pendaki aman dan nyaman dalam mendaki.
Kwecheng menyebut jenis perlengkapan yang perlu jadi perhatian para pendaki antara lain:
-
Perlengkapan Standar
Perlengkapan standar merupakan perlengkapan pendaki mulai dari kepala sampai kaki yang sesuai standar. Menurut Kwecheng, tak jarang para pendaki kerap melupakan perlengkapan standar ini, terutama untuk alas kaki.
“Jangan menggunakan sandal untuk naik gunung,” ingat Kwecheng.
-
Perlengkapan Khusus
Perlengkapan khusus merupakan perlengkapan untuk menghadapi medan pendakian yang cukup ekstrem. Kelengkapan ini, lanjut Kwecheng, meliputi keperluan buang air besar atau kecil, yaitu sekop dan botol untuk menampung air.
Khusus untuk buang air, Kwecheng juga menyarankan tempat pembuangan berjarak minimal 50 meter dari jalur pendakian, tidak dekat mata air, tidak menggunakan tisu, dan dikubur untuk menjaga kesehatan. Hal ini demi menjaga kesehatan dan kenyamanan para pendaki lain.
-
Peralatan Memasak
Selain membawa peralatan memasak, penting untuk memastikan sampah kemasan sisa bahan memasak untuk Anda bawa turun dari gunung dengan bertanggung jawab.
-
Perangkat Tambahan
Termasuk perangkat tambahan untuk membuat diri aman dan nyaman dalam pendakian.
-
Perkakas Berkemah
Kwecheng menyarankan tenda untuk pendakian berjenis three season. Pasalnya, tenda jenis tersebut bisa menahan dingin, tapi tetap memberi sirkulasi pada ruang utama tenda.
Baca juga: Survei YLKI: Konsumen Belum Pahami Resistensi Antimikroba pada Hewan Ternak
“Perlengkapan sesuai kebutuhan. Sekarang sudah dipermudah dengan perlengkapan-perlengkapan yang compact. Perlengkapan yang nyaman tidak perlu besar, kecil juga sudah nyaman seperti sleeping bag. Barang bawaan juga jangan berlebihan agar tidak membebani,” jelasnya.
Pendaki Harus Memiliki Tujuan Jelas
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Sahabat Volunteer Semeru (Saver), Cak Yo, menjelaskan beberapa tahun terakhir aktivitas pendakian gunung di Indonesia semakin meningkat.
Adapun perbandingan dari tahun sebelumnya, para pendaki saat ini lebih beragam baik latar belakang maupun tujuan. Untuk itu, para pendaki gunung harus punya tujuan yang jelas dalam setiap aktivitas pendakian.
Cak Yo menyebut ada tiga siklus kegiatan pendakian gunung yaitu sebelum pendakian, saat pendakian, dan setelah pendakian. Menurutnya, ketiga hal ini penting menjadi pemahaman para pendaki agar aktivitas mendaki gunung bisa seimbang dengan alam dan masyarakat sekitar, sehingga pendakian tidak menimbulkan masalah.
Dia berharap para pengelola gunung memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait pendakian. SOP, lanjut dia, harus dipublikasikan ke masyarakat agar menjadi bekal sebelum mendaki.
“Kalau beberapa tahun lalu, pendaki tidak tahu SOP itu apa. Pada masa pandemi Covid-19 juga ada barang-barang tambahan. Untuk itu, pengelola harus mengecek kembali agar tidak ada yang kurang,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Ma’rup
Editor: Ixora Devi