Jakarta (Greeners) – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, mengatakan persoalan energi sangat terkait dengan kemiskinan. Dia mengakui, akses atas energi di Tanah Air belum adil. Menurutnya, kebijakan energi juga harus berpihak kepada masyarakat miskin dan rentan.
“Tingkat elektrifikasi kita sudah mencapai 99 persen. Tetap saja masih banyak wilayah yang belum mendapat akses listrik. Meski tersedia infrastruktur listrik, keluarga miskin tetap tidak mendapat akses sebab perlu biaya,”ujar Ma’ruf, pada Lustrum dan Dies Natalis Universitas Pertamina ke-5 di Jakarta, Senin, (01/02/2021).
Wapres Minta Perbaikan Kebijakan Subsidi Energi
Lebih jauh, Wapres mereken kebutuhan energi Indonesia terus meningkat. Menurutnya, perbaikan kebijakan subsidi energi harus menyertai agar tercipta keadilan akses energi. Dengan begitu, ketahanan energi nasional akan meningkat.
Dia mengakui dalam pelaksanaan subsidi energi masih ada ketimpangan. Untuk subsidi listrik, kebijakan subsidi kelompok daya 900 Volt Ampere (VA) penerima yang mendominasi justru bukan dari masyarakat miskin.
Menurutnya, kondisi yang sama juga berlaku dalam pelaksanaan subsidi elpiji. Di mana hanya 35 persen kelompok masyarakat miskin yang menikmati subsidi tersebut.
“Tentu ini ironis, sebab alokasi subsidi elpiji jumlahnya besar dan cenderung meningkat,” jelasnya.
Indonesia Harus Beralih Dari Energi Fosil Ke Energi Baru Terbarukan
Wapres juga mengakui Indonesia masih bergantung pada energi fosil. Pemenuhannya juga sebagian besar dari impor. Menurutnya, Indonesia secara bertahap harus beralih dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bersumber dari lokal.
Pemerintah, ujarnya, telah menargetkan bauran EBT pada tahun 2025 sebesar 23 persen.
Sebagai informasi, Dewan Energi Nasional (DEN) mendata bauran energi premier nasional tahun 2019 sebagai berikut:
- 37,15 persen dari batu bara,
- 33,58 persen dari minyak bumi,
- 30 dari gas bumi, dan
- 9,15 persen dari EBT.
“Namun saat ini kita masih jauh dari target tersebut karena pemanfaatan EBT masih berada di kisaran 9,15 persen,” ucapnya.
Lebih jauh, Wapres meminta Indonesia belajar dari beberapa negara yang sukses meamnfaatkan EBT. Indonesia, lanjut dia, memiliki potensi EBT yang cukup besar baik dari surya, angin, dan hidro elektrik. Pasalnya, Indonesia berada di garis khatulistiwa yang kaya akan sumber energi.
“Namun belum dikelola secara maksimal. Hal ini terlihat dari penggunaan energi surya, angin, hidro elektrik yang belum banyak dimanfaatkan sektor industri atau perumahan,” pungkasnya.
Penulis: Muhamad Ma’rup