Ponorogo (Greeners) – Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, akan merelokasi 32 rumah warga yang terdampak longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Warga yang masih memiliki lahan aman akan dibuatkan rumah di lahannya sendiri, sementara bagi warga yang tak punya lahan akan dicarikan lahan oleh pemerintah.
“Rencananya relokasi akan dilakukan dengan sistem mandiri, mengingat sebagian warga yang rumahnya hancur telah memiliki lahan lain yang lebih aman. Untuk yang tak punya lahan, pemerintah akan menyediakannya. Pemerintah akan membangun 32 rumah warga hingga jadi dan siap huni,” kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, Rabu (05/04/2017).
Menurutnya, khusus untuk warga yang tidak mempunyai lahan akan direlokasi ke Dusun Krajan, yang masih dalam wilayah Desa Banaran. Rencananya tanah tersebut akan diberikan pemerintah melalui skema hibah langsung. Namun sebelum ditetapkan sebagai tempat relokasi, pemerintah masih menunggu hasil penelitian tim ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, tentang kelayakan wilayah tersebut untuk dijadikan permukiman.
“Kami pastikan tanah yang saat ini diterjang longsor nantinya akan tetap menjadi hak dari pemilik sebelumnya,” kata Ipong.
BACA JUGA: Pencarian Korban Longsor Ponorogo Terkendala Cuaca, 25 Jiwa Masih Tertimbun Tanah
Sambil menunggu proses relokasi yang tentunya akan membutuhkan lama, Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta agar pengungsi korban longsor tidak tinggal di pengungsian. Rencananya, pemerintah akan membangun rumah sederhana atau mereka disewakan tempat tinggal di rumah penduduk lainnya.
“Tempat sementara jangan di pengungsian terus. Kita carikan rumah sementara, sambil nanti relokasinya disiapkan,” kata Soekarwo.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo memperingatkan, ancaman tanah longsor susulan di Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Kemungkinan terjadi longsor masih cukup tinggi.
“Itu sudah terjadi, kalau tidak salah dua kali, salah satunya itu dari posko bencana sini terdengar cukup keras,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ponorogo, Sumani.
Lokasi longsor susulan tersebut berada pada lereng sebelah selatan dari titik longsor utama. Namun dua kali longsor susulan tersebut jauh lebih kecil dibanding yang sebelumnya. Meski lebih kecil, pihaknya tetap meminta warga dan tim pencarian waspada.
BACA JUGA: Kemensos Salurkan Bantuan Bencana Longsor Ponorogo Rp 1,34 miliar
Dari pengamatan yang dilakukan tim ahli geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, potensi longsor lanjutan berada pada lereng di sisi kanan dan kiri lokasi longsor utama, karena terdapat retakan di beberapa titik. Hal itu diketahui setelah tim peneliti melakukan pantauan menggunakan kamera udara.
“Potensi kedua yakni material tanah yang sudah meluncur namun belum sepenuhnya padat, apabila curah hujan tinggi dan resapan air juga tinggi maka bisa terjadi pergerakan,” kata ahli geologi UGM, Bagus Bestari Kamarullah.
Selain potensi longsor susulan, pihaknya juga mengingatkan tentang adanya bahaya lain yakni banjir bandang, mengingat di lokasi longsor saat ini terdapat beberapa aliran dan genangan air dan tanah longsoran yang belum padat.
Sebagai informasi, masa tanggap darurat bencana longsor Ponorogo terhitung mulai tanggal 2 hingga 15 April mendatang. Tim Search and Rescue (SAR) Gabungan saat ini baru menemukan 3 korban longsor, yaitu Iwan, Katemi dan Sunadi. Sementara 25 lainnya masih tertimbun tanah.
Longsor Bukit Banaran, Kabupaten Ponorogo, terjadi pada Sabtu 1 April 2017, pukul 07.40 WIB. Saat bencana terjadi, puluhan warga tengah memanen jahe. Daerah ini merupakan penghasil jahe.
Penulis: MA/G12