Jakarta (Greeners) – Belum lama ini rumah “surga” milik Abah Jajang di Kampung Rawa Dewa, Cianjur viral di media sosial (medsos) jadi lokasi wisata dadakan karena memiliki pemandangan indah. Mata dimanjakan pesona alam dan pemandangan air terjun Curug Citambur. Namun tidak untuk saat ini, banyaknya pengunjung justru merusak keindahan alam di sana.
Sayangnya, ini bukan kejadian pertama terhadap sejumlah lokasi wisata di Indonesia. Setelah viral di media sosial, banyak kunjungan lalu berakhir tragis, rusak dan tak lagi sedap dipandang mata.
Melansir beberapa sumber, awalnya rumah Abah Jajang di kelilingi oleh banyak rumput dan bunga segar, namun hal ini sangat kontras dengan keadaan yang memprihatinkan saat ini.
Keindahan tanaman ini menjadi rusak akibat banyaknya wisatawan yang berkunjung ke sana. Rerumputan juga rusak karena terinjak-injak oleh pengunjung. Bisa jadi tanggung jawab wisatawan untuk menjaga lingkungan masih minim.
Keindahannya Berujung Ancaman dan Kerusakan
Beberapa bulan yang lalu, balap trail di Ranca Upas, Bandung juga sempat viral. Kegiatan tersebut telah membawa bencana untuk lingkungan, bahkan menyebabkan kerusakan alam yang serius. Aktivitas komunitas motor trail di lokasi telah merusak tanaman bunga edelweis rawa yang langka. Tak hanya itu terjadi kerusakan ekosistem keanekaragaman hayati secara luas.
Peristiwa serupa juga terjadi di Amaryllis Garden, Yogyakarta. Tempat ini menjadi populer beberapa waktu lalu karena keindahannya mirip dengan Taman Bunga Keukenhof di Belanda. Setelah viral, wisatawan pun beramai-ramai mengunjunginya.
Ramainya pengunjung justru membawa kemalangan pada bunga-bunga yang tersebar di Amaryllis Garden. Musibah ini terjadi karena kecerobohan masyarakat, hingga bunga terinjak-injak saat wisatawan berfoto di antara tanaman.
Sama halnya wisata alam dari Jawa Timur, destinasi wisata dengan keindahan alamnya di Ranu Manduro, Mojokerto. Tempat ini sempat viral, wisatawan membludak ingin melihat keindahan lokasi yang menyaingi padang rumput di Selandia Baru.
Keindahan ini menawarkan pesona bagi wisatawan, tapi berujung petaka. Pasalnya, banyak kendaraan bermotor yang masuk ke kawasan tersebut dan merusak tanaman. Melihat hal ini, pengelola wisata alam tersebut akhirnya menutup Ranu Manduro untuk menyelamatkannya dari kerusakan lingkungan yang lebih serius.
Tanggung Jawab di Lokasi Wisata
Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung, Rahman Mukhlis menilai kejadian ini merupakan sikap wisatawan yang tidak bertanggung jawab.
“Saya turut prihatin atas kejadian tersebut. Hal ini juga terjadi karena kurangnya aturan yang jelas, fasilitas atau infrastruktur juga kurang memadai di destinasi,” kata Rahman kepada Greeners, Rabu (3/5).
Penggiat lingkungan yang fokus pada gunung ini menambahkan, masih menemukan sampah dari wisatawan di jalur pendakian atau di sekitar area kemping. Saran darinya adalah agar para pengunjung wisata di mana pun harus meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam.
“Contoh sederhananya adalah tidak membuang sampah sembarangan di destinasi wisata, membiasakan gaya hidup ramah lingkungan, dan mengikuti aturan yang berlaku,” ucapnya.
Tidak hanya tanggung jawab para pengunjung saja, pemerintah dan pengelola destinasi juga harus memiliki aturan yang jelas dan bertindak tegas. Peraturan ini terkait dengan kebijakan ramah lingkungan, penguatan infrastruktur, sosialisasi, dan edukasi.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin