Jakarta (Greeners) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat jumlah sampah yang terbawa ke Teluk Jakarta meningkat 30 hingga 40 persen. Tingginya kuantitas sampah disebabkan oleh melonjaknya aktivitas pembuangan di musim hujan. Mayoritas sampah yang ditemukan berjenis styrofoam.
Intan Suci Nurhati, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan berdasarkan hasil riset dan monitoring Major Sources and Monthly Variations in the Release of Land-derived marine debris from the Greater Jakarta Area, Indonesia, diketahui bahwa jumlah sampah yang terbawa ke Teluk Jakarta berhubungan dengan tingkat curah hujan. “Aliran sampah paling tinggi terjadi pada puncak musim hujan sekitar bulan Desember hingga Februari,” ujar Intan ketika dihubungi Greeners, Selasa (06/01/2020).
Ia mengatakan, dari hasil penelitian LIPI tidak menemukan korelasi yang kuat antara data sampah dengan debit sungai. Menurut Intan, tidak menutup kemungkinan datanya kurang akurat. “Sering kita dengar soal aktivitas pembuangan sampah yang lebih tinggi di musim hujan, jadi di paper kami juga angkat kemungkinan tersebut,” ujar Intan.
Baca juga: Pemprov DKI Wajibkan Kelola Sampah di Seluruh Instansi
Senada dengan Intan, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Reza Cordova menuturkan terdapat korelasi positif mengenai peningkatan sampah saat musim hujan. Menurut Reza semakin tinggi curah hujan, maka sampah semakin bertambah. Korelasi tersebut, kata dia, diperoleh melalui teknik analisis statistik untuk mencari hubungan antara dua variabel kuantitatif.
“Dalam hal ini hubungan antara curah hujan dengan sampah dilihat dari jumlah, jenis, dan beratnya. Setelah dilakukan uji, korelasi antara curah hujan dengan jumlah sampah sebesar 76 persen dan hubungan antara curah hujan dengan berat sampah sebanyak 85 persen,” ujar Reza.
Ia menjelaskan berdasarkan hasil monitoring, estimasi sampah seberat 18 ton per hari berasal dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah tersebut akan naik pada musim hujan sebesar 30 hingga 40 persen atau setara dengan 35 ton per hari.
“Tingginya jumlah sampah saat musim hujan memiliki dua kemungkinan, pertama memang masih membuang sampah sembarangan ke sungai saat musim hujan. Kedua, sudah terakumulasi saat musim kemarau dan pada saat curah hujan tinggi, sampahnya sudah tertumpuk terbawa aliran sungai,” kata Reza.
Baca juga: KIARA Tagih Janji Anies Baswedan untuk Menghentikan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta
Sementara jenis sampah dari sembilan muara sungai di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi selama bulan Juni 2015 sampai 2016 merupakan plastik yang didominasi styrofoam. Selama rentang tahun tersebut, kontribusi sampah laut dari Jakarta lebih rendah dibandingkan dengan kawasan di sekitarnya. Sungai Tangerang, misalnya, menyumbang jumlah sampah plastik tertinggi. Sedangkan sungai Bekasi memasok sampah plastik terbanyak dari segi berat. Akibatnya, 60 hingga 70 ton sampah menyumbat aliran sungai muara Cikeas Bekasi Laut (CBL) dan Bendung Koja, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada hujan lebat di akhir tahun 2019.
Adapun jenis sampah meliputi batang kayu, bambu, sampah rumah tangga, dan jenis sampah lain. Karena intensitas hujan yang tinggi di wilayah hulu membuat sampah terbawa arus sungai. Kasie Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Edy menyebut tumpukan sampah memang kerap terjadi pada puncak musim hujan.
Penulis: Dewi Purningsih
Editor: Devi Anggar Oktaviani