Jakarta (Greeners) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan benih Super Mikroba yang dapat menghasilkan berbagai macam produk turunan salah satunya biorefineri sebagai energi alternatif penghasil bioetanol dan biokatalis.
Super Mikroba yang dikembangkan oleh LIPI bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau JICA ini sudah berjalan selama empat tahun. Pengembangan benih Super Mikroba ini dilakukan dengan proses rekayasa genetika yang memanfaatkan potensi mikroba lokal Indonesia.
Mengutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, Dr Yopi Sunarya selaku manajer proyek Biorefineri ini mengatakan bahwa dalam menghasilkan Super Mikroba, peneliti LIPI telah menyeleksi 2.000 isolat mikroba lokal yang tersimpan di Bank Mikroba LIPI.
BACA JUGA: Indonesia Masih Minim Perlindungan dan Penelitian Sumber Daya Genetik
Seleksi dilakukan guna mencari mikroba yang unggul, mampu memproduksi enzim yang dapat menghancurkan struktur pada serat biomassa yang menjadi bahan baku utama biorefineri, seperti ampas sawit, batang sawit perasan, atau ampas tebu, kakao, dan tembakau.
“Untuk bisa menghasilkan bioetanol atau biokatalis dengan enzim atau ragi hasil rekayasa mikroba ini sangat berat. Saat ini baru bisa menghasilkan 40 gram per liter, makanya ini terus kita kembangkan,” jelasnya, Jakarta, Senin (02/10).
Target dari kerja sama ini sendiri adalah menghasilkan Super Mikroba yang mampu memproduksi enzim yang dapat menghasilkan bioetanol atau biokatalis yang bisa mencapai 50 gram per liter. Produk ini ditargetkan akan mulai diluncurkan pada bulan ketiga tahun depan yakni Maret 2018.
BACA JUGA: LIPI Bersiap Bangun Fasilitas Pembibitan Modern
Terkait Biorefineri, ia menjelaskan bahwa Biorefineri sama seperti “oilrefineri” yang berasal dari fosil yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau sumber energi. Biorefineri sebagai energi alternatif yang memanfaatkan biomassa yang ada pada tumbuhan yang dihasilkan industri pertanian, kehutanan, perkebunan dan lainnya.
LIPI menargetkan di tahun 2018, pilot plan dengan super mikroba bisa memproduksi etanol 50 gram per liter. Untuk saat ini baru berkisar 30 gram hingga 40 gram per liter bioetanol yang dihasilkan. Namun jika tidak kompetitif, ditargetkan ke biokatalis yang bisa menghasilkan enzim yang digunakan ke berbagai kebutuhan. Biokatalis ini digunakan oleh industri tekstil, pulp dan industri pangan.
“Target kita untuk enzim non pangan. Salah satunya enzim dari mikroba ini juga bisa dipakai untuk mengurai limbah,” tutupnya.
Penulis: Danny Kosasih