Bogor (Greeners) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih menggunakan serat hasil fermentasi air kelapa yang biasa disebut nata de coco (NDC) untuk bioplastik ramah lingkungan. Selain sebagai bahan makanan atau minuman, NDC ternyata memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan alternatif polimer pada plastik.
Profesor Riset Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI, Myrtha Karina Sancoyorini mengatakan sejak diteliti tahun 2001 NDC yang dihasilkan oleh bakteri Acetobackter xylinum ini awalnya diperuntukan sebagai bahan polimer alam untuk kantong kresek. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya penelitian, NDC ini digunakan sebagai plastik jenis high functional material plastic karena lapisan NDC bersifat sangat kaku (nilai modulus elastisitasnya tinggi) dan regas (nilai elastisitasnya rendah). NDC mempunyai kekuatan tarik hingga 200 megapascal.
“NDC ini kandungan airnya 95% dan sisanya selulosa. Jika dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku jadi sangat sesuai untuk plastik yang bersifat kaku kalau ingin proses yang lebih cepat,” ujar Myrtha saat ditemui usai acara Diskusi Publik Hari Kartini “Kartini Indonesia dan Ilmu Pengetahuan” di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, Bogor pada Kamis (18/04/2019).
BACA JUGA: KLHK Evaluasi Plastik dengan SNI Ekolabel
Myrta mengatakan bahwa pembuatan high functional material plastic dari NDC sangat mudah. Hasil fermentasi NDC ditambahkan bakteri hidup dari asam, seperti cuka atau fermentasi dari tape, kemudian ditambahkan glukosa dan dikeringkan. Hasilnya seperti mika atau plastik tebal.
Proses untuk mengolah NDC menjadi seperti kantong kresek berbeda dengan pembuatan high functional material plastic. Untuk keperluan ini membutuhkan modifier yang panjang dan hasilnya cukup lama. Oleh karena itu, Myrtha menyarankan menggunakan bahan pati untuk membuat kantong plastik ramah lingkungan seperti yang saat ini sudah diterapkan pada industri-industri plastik, seperti Ecoplas, Enviplast, Grene, dan Epi.
Saat ini plastik pengemas untuk kantong kresek yang umum digunakan adalah polimer thermoplastic. Material ini berasal dari minyak bumi, sumbernya makin terbatas dan tidak dapat di degradasi secara alami.
“Kalau kresek kami juga mengkaji dengan menggunakan bahan pati seperti singkong dan sudah diadaptasi oleh beberapa perusahaan. Jika dibandingkan dengan pati, bahan NDC tidak bisa dipakai untuk kresek. Mungkin bisa tapi memerlukan modifier yang lebih banyak dan prosesnya cukup lama,” kata Myrta.
BACA JUGA: Kantong Bioplastik dari Bali yang Dapat Diminum
Myrta juga mengatakan kalau penelitian NDC untuk plastik jenis high potencial material yang dilakukan timnya ini jika terbuang dan berada di lingkungan akan terurai secara alami dan tidak menyebabkan mikroplastik. Sayangnya tes pada degradasi alam belum dilakukan.
“Kalau bioplastik kami ini akan terdegradasi secara bio artinya yang dihasilkan adalah CO2 dan H20, kan kalau bahannya dari air akan habis menjadi air. Dari bahannya sendiri NDC sama kuatnya dengan plastik konvensional yang dipakai di alat-alat elektronik dan jika dibuang akan lebih ramah lingkungan. Strukturnya akan terurai lebih cepat dari yang konvensional walaupun belum kami tes degradasi alam, tapi kami yakin itu bisa (terdegradasi),” kata Myrta.
Penulis: Dewi Purningsih