Jakarta (Greeners) – Limbah organ dalam atau jeroan hewan kurban memerlukan penanganan khusus. Jika ditangani sembarangan dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan. Penimbunan atau penguburan salah satu penanganan yang sudah pemerintah atur.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun mendorong Ecoqurban saat Iduladha. Selain penggunaan wadah ramah lingkungan, penanganan kotoran dan jeroan juga harus menerapkan prinsip tersebut.
Sebab limbah kotoran ternak dan bagian tubuh hewan yang dibuang ke sungai bisa mencemari sungai dan saluran air karena mengandung bakteri seperti E. coli.
KLHK menyatakan, ada dua metode pengelolaan limbah, yakni pengolahan dan penimbunan. Limbah hewan dapat dikomposkan atau ditimbun dalam lubang tanah dengan ukuran minimal 1 meter.
Direktur Pengurangan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun KLHK, Vinda Damayanti mengatakan, limbah jeroan daging kurban dapat mencemari air karena berpotensi mengandung bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
“Untuk penanganan limbah kurban seperti jeroan seharusnya menggunakan waste water treatment agar tidak mencemari. Jika tidak memiliki fasilitas tersebut, limbah jeroan seharusnya dikubur di dalam tanah,” kata Vinda kepada Greeners di Jakarta, Jumat (30/6).
Penanganan limbah hewan kurban juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014. Peraturan itu menyebut, limbah hewan kurban harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Limbah Jeroan Bisa Maggot Konsumsi
Beberapa tahun terakhir, petugas kebersihan masih menemukan organ dalam hewan kurban di sungai. Salah satunya limbah jeroan yang mengapung di Sungai Kuin, Banjarmasin. Warga juga merasa terganggu dengan bau yang menyengat dari limbah tersebut. Wilayah lain pun tak luput dari penemuan kasus serupa.
Padahal limbah hewan kurban bisa budi daya maggot manfaatkan. Melalui bioteknologi Black Soldier Fly (BSF) limbah jeroan hewan kurban yang sudah tidak layak konsumsi bisa jadi makanan maggot si pengurai sampah organik.
Ketua Asosiasi Black Soldier Fly Indonesia, Agus Pakpahan menyatakan, jeroan hewan kurban ini menjadi makanan yang sangat maggot senangi.
“Maggot akan pesta pora menikmati jeroan. Campuran jeroan dengan isi perut sapi atau kambing dan sekalian darahnya juga bisa diselesaikan oleh maggot,” kata Agus.
Hal tersebut menjadi salah satu solusi efektif dalam menangani limbah hewan kurban. Selain itu, langkah ini telah memberikan manfaat berkelanjutan yang tidak mencemari lingkungan.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin