Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mewaspadai bencana lanjutan berupa tanah longsor dan banjir bandang usai guncangan gempa Cianjur magnitudo (M)5,6.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, imbauan ini harus menjadi perhatian terutama bagi masyarakat Cianjur yang bermukim di daerah lereng-lereng perbukitan, lembah dan bantaran sungai.
Ia memperkirakan lereng-lereng perbukitan di Cianjur rapuh usai terjadi gempa bumi. Hal ini semakin mengancam dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur.
“Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin,” kata Dwikorita dalam keterangannya.
Menurutnya, banyaknya korban jiwa dalam gempa tersebut akibat tertimpa bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa. Ia meminta masyarakat tetap waspada dan menghindari bangunan yang retak dan rusak.
“Sebenarnya gempa tidak membunuh dan melukai. Justru, bangunanlah yang membunuh dan melukai manusia,” ungkapnya.
Hal senada juga pengamat kebencanaan Adi Maulana peringatkan. Potensi bencana lain seperti tanah longsor usai gempa Cianjur, Senin (21/11) patut masyarakat waspadai.
“Lereng-lereng yang mengalami retakan menjadi lebih labil akibat masuknya air hujan ke dalam retakan batuan tanah. Ini menyebabkan volume tanah menjadi besar dan pada titik tertentu akan mengakibatkan longsor,” katanya kepada Greeners, Selasa (22/11).
Hindari Bangunan Retak
Hingga Selasa (22/11), terjadi 118 gempa susulan dengan magnitudo terkecil 1,5 dan terbesar M4,2. Banyaknya gempa susulan dari pergerakan sesar di zona perbatasan Sukabumi ini terjadi dengan kategori gempa kerak dangkal.
Gempa M.5,6 tersebut merupakan gempa tektonik yang dipicu oleh gerak sesar Cimandiri. “Pusat gempa, baik posisi dan kedalaman gempa dan kekuatannya ada pada patahan cimandiri,” kata Dwikorita.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan, kawasan ini sering sekali terjadi gempa dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Kompleksitas terlihat dari cukup banyaknya keberadaan sesar, meliputi sesar Cimandiri, sesar Padalarang, sesar Lembang, dan sesar Cirata.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Selasa (22/11) pukul 09.55 WIB, korban meninggal dunia sebanyak 103 orang. Kemudian 31 orang masih hilang, luka-luka 377 orang di Kabupaten Cianjur, dan korban mengungsi 7.060 orang. Bencana ini juga menyebabkan kerusakan ringan 3.075 unit bangunan. Lalu 33 unit rumah rusak sedang dan 59 rumah rusak berat.
Lebih jauh Adi menyatakan salah satu karakteristik bencana gempa bumi yakni adanya gempa-gempa susulan. Meski berintensitas kecil tapi harus tetap masyarakat waspadai karena menyebabkan struktur bangunan mudah hancur dan runtuh.
“Selain itu gempa susulan menyebabkan retakan-retakan pada tanah dan batuan akibat gempa utama. Terlebih struktur bangunan di Indonesia memang didesain bukan untuk tahan terhadap gempa,” ucapnya.
Perkuat Kesiapsiagaan dari Gempa Cianjur
Ia menekankan pentingnya upaya pemerintah dalam hal mitigasi dan kesiapsiagaan. Kegiatan mitigasi yang bisa dilakukan di antaranya pemetaan detail daerah rawan gempa bumi. Lalu pelaksanaan penataan ruang, dan pengaturan pembangunan infrastruktur dengan tata bangunan yang tahan gempa, serta penyuluhan dan sosialisasi terkait bencana gempa bumi.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan kerusakan destinasi wisata di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ia mengungkap cukup banyak destinasi wisata di Sukabumi dan Cianjur yang dekat dengan pusat gempa bumi tersebut. Misalnya, kawasan ekonomi khusus (KEK) Lido, Desa Wisata Hanjeli-Kabupaten Sukabumi, Desa Wisata Situs Padang-Kabupaten Cianjur hingga saat ini masih menunggu laporan terkait dampak bencana.
“Kami sangat prihatin untuk gempa ini. Terutama untuk destinasi wisata unggulan Sukabumi dan Cianjur, pasti akan terdampak. Tapi kami belum mendapatkan laporan detail, terhadap destinasi-destinasi mana yang sudah melaporkan terkait kerusakan dan lainnya,” katanya.
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Cianjur telah mengeluarkan status tanggap darurat bencana gempa bumi selama 30 hari (21 November-20 Desember 2022).
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin