Jakarta (Greeners) – Mengutip data dari Ocean Conservancy, sampah sedotan plastik sekali pakai merupakan satu dari 10 jenis sampah yang paling sering ditemukan di pantai dan lautan dunia setelah kantong plastik kemasan dan beberapa jenis sampah lainnya. Di Indonesia sendiri, menurut data asumsi kasar yang berhasil dikumpulkan oleh tim Divers Clean Action, pemakaian sedotan sekali pakai diperkirakan mencapai 93.244.847 setiap harinya.
Data asumsi kasar ini diolah dari berbagai sumber seperti data kebiasaan seringnya masyarakat Indonesia makan di luar rumah, produksi minuman kemasan sedotan dan jumlah sedotan di warung yang terdaftar di kota-kota besar. Menurut Switenia Puspa Lestari, penggagas Divers Clean Action, berdasarkan total estimasi penggunaan sedotan dihitung dari rentang waktu masyarakat Indonesia makan di luar rumah atau restoran per satu kali makan perorangnya mencapai 78.867.447 sedotan sekali pakai.
BACA JUGA: 11 Kementerian Susun Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Sampah Plastik di Laut
Sedangkan total estimasi sedotan kemasan kecil dari Tetrapack mencapai 3.567.400 dan total estimasi sedotan packed dengan asumsi terjual per hari di 10 kota besar dengan jumlah data warung dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di tahun 2011 mencapai penggunaan hingga 10.810.000 sedotan perhari. “Ini masih jumlah asumsi kasar minimal hasil penghitungan dari beberapa sumber. Mungkin data sebenarnya masih lebih besar lagi,” terangnya kepada Greeners di Jakarta, Selasa (09/05).
Tenia, begitu dia akrab disapa, mengatakan bahwa berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh Divers Clean Action selama setahun kebelakang (2016) dengan melakukan sampling sampah di bawah laut dan pantai Kepulauan Seribu, rata-rata terdapat 16kg sampah di tiap 100m2 perairan laut sekitaran Pulau Pramuka di kedalaman 5 sampai 13meter. Selain itu, ditemukan rata-rata 18kg sampah di tiap 100meter garis pantai yang ada.
Dari keseluruhan data setelah digabungkan tersebut, jumlah sampah sedotan mencapai 2.66% dari total lebih dari 300kg sampah yang terangkut dan terhitung dengan jelas. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena sedotan plastik dapat mengganggu kehidupan ekosistem laut, seperti kasus hidung penyu yang tersangkut sedotan yang ditemukan di Costa Rica. Ditambah lagi fakta bahwa sedotan plastik terbuat dari polypropylene dan didisain untuk tahan seumur hidup sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk dapat hancur dan terurai.
BACA JUGA: Susi: KKP Akan Perhatikan Masalah Sampah Plastik di Laut dan Pesisir
Penggunaan sedotan sekali pakai pun tidak lepas dari kontribusi restoran cepat saji yang menyediakan sedotan gratis sekali pakai di setiap gerainya. Merujuk pada kondisi ini, KFC Indonesia pun mendeklarasikan diri menjadi restoran cepat saji pertama yang akan membatasi penggunaan sedotan sekali pakai di gerai-gerai mereka. Deklarasi ini diwujudnyatakan dalam gerakan #Nostrawmovement.
Hendra Yuniarto, General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia menjelaskan, untuk tahap awal, KFC Indonesia akan memulai pembatasan sedotan plastik di enam gerainya di Jakarta yaitu KFC Sarinah, KFC Pondok Bambu, KFC Percetakan Negara, KFC Kemang, KFC pondok Indah dan KFC La Terace.
“Kick off-nya kita mulai per hari ini dengan tidak menyediakan dispenser sedotan atau tempat sedotan yang biasanya diletakkan bersamaan dengan saus. Jika pembeli ingin menggunakan sedotan atau harus menggunakan sedotan bisa meminta seperlunya di kasir. Pemilihan enam gerai percontohan tersebut pun berdasarkan karakteristik lokasi yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak muda,” kata Hendra.
Penulis: Danny Kosasih