LONDON, 18 Oktober 2016 − Sebuah virus dari tanaman mampu mengembangkan cara yang dapat menarik perhatian lebah untuk bisa memproduksi banyak benih. Artinya, lebah dapat menyuburkan tanaman yang sudah mati, ketimbang yang masih sehat, sekaligus menjamin kelangsungan hidup manusia dan virus tersebut.
Para peneliti dari Cambridge Global Food Security Initiative (CGFSI) yang meneliti fenomena tersebut menyadari bahwa jika bisa mengungkap rahasia virus tersebut maka mereka bisa menggiring lebah ke tanaman pangan dan menghasilkan panen lebih baik. Dengan demikian, bisa mengatasi persoalan pangan yang dihadapi dunia dikaitkan dengan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi.
Penelitian ini menjadi sangat mendesak mengingat jumlah lebah yang semakin menurun akibat penggunaan pestisida dan adanya keruntuhan koloni lebah.
“Lebah menyediakan penyerbukan yang sangat vital bagi sepertiga produksi pangan dunia,” ujar ketua peneliti Dr John Carr yang juga kepala grup Virology and Molecular Plant Pathology di Universitas Cambridge. “Dengan jumlah lebah yang semakin menyusut, para peneliti terus berupaya mencari cara untuk menggali mekanisme penyerbukan yang mampu meningkatkan produktivitas pangan.”
Menarik Perhatian Lebah
Virus yang berhasil menarik perhatian lebah adalah virus mosaik ketimun (cucumber mosaic virus), sesuai dengan namanya ditemukan pada ketimun namun mampu dengan sukses menginfeksi berbagai macam tanaman dan pangan. Virus ini sangat ditakuti oleh petani tomat karena membuat buah menjadi lebih kecil dan mengurangi rasa.
Hal ini biasanya berarti tanaman yang sehat dapat melampaui yang terkena penyakit dan virus akan mati. Namun, itu tidak terjadi. Setelah delapan tahun penelitian, para peneliti menemukan kenapa virus tersebut mengeluarkan aroma yang spesial yang membuat lebah tertarik kepada tanaman yang terinfeksi dan menyuburkan mereka, ketimbang ke tanaman yang lebih sehat.
Beberapa eksperimen dilakukan di Cambridge University Botanic Garden dan berkolaborasi dengan Profesor Beverley Glover di area yang khusus diciptakan sebagai area terbang lebah. Hasilnya, lebah-lebah tersebut terus-menerus kembali ke tanaman yang sudah diinfeksikan virus.
Para penelitu di Universitas Cambridge berhasil mengisolasi bahan kimia organik yang dihasilkan oleh tanaman tersebut dan menemukan apa yang menarik perhatian lebah. Mereka menyukai bau virus tersebut sama seperti manusia menggunakan parfum atau aftershave untuk menarik manusia lainnya.
Setelah berhasil menyelesaikan satu masalah, Dr Carr menyadari masalah lainnya. “Saya mulai berpikir tentang lebah-lebah tersebut,” katanya. “Pasti ada timbal balik untuk lebah tersebut. Apabila tidak ada keuntungannya, mereka tidak akan tertipu terlalu lama.”
Hadiah yang Manis
Para peneliti pun mulai memikirkan hadiah yang sesuai bagi lebah karena berhasil menyuburkan tanaman pangan. Hal ini dilakukan saat mereka berusaha melatih lebah dengan tugas lainnya, seperti mengenali bau peledak atau narkoba, dengan mengadopsi cara yang sederhana yaitu menghadiahi mereka dengan gula yang sangat kuat saat mereka berhasil menyelesaikan tugasnya. Dengan demikian, lebah-lebah tersebut akan merasa puas berada di tempat yang tidak bisa dimakan karena sudah diberikan hadiah.
Penelitian ini masih terus dilakukan, bersama dengan Rothamsted Research di Hertfordshire, di Inggris dan Royal Horticultural Society, yang berkonsentrasi kepada menghadiahi lebah saat berhasil melakukan tugasnya dan mau menyerbuki tanaman yang dikehendaki para petani. – Climate News Network