Krisis Air Berujung Kelaparan di Somalia

Reading time: 2 menit
krisis air
Foto: wikimedia.org

(Greeners) – Sebagai materi esensial bagi setiap makhluk hidup, air tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan pokok suatu negara. Air memegang peran krusial pada hampir setiap aspek dalam pembangunan negara, mulai dari pertanian, perdagangan hingga perindustrian. Hal ini menjelaskan bahwa tanpa ketersediaan air yang cukup, suatu negara dapat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduknya.

Ketiadaan air dapat mengakibatkan kelaparan, kematian ternak, menurunkan penghasilan dan menyebarkan penyakit. Berkaitan dengan hal tersebut, selama tiga tahun terakhir, air tidak dapat ditemukan di benua Afrika sehingga beberapa negara mengalami kekeringan berkepanjangan. Salah satunya Somalia.

BACA JUGA: UNICEF: Perubahan Iklim Juga Berdampak pada Anak-Anak

Somalia merupakan negara di ujung timur benua Afrika yang mirip sebuah tanduk, oleh karena itu negara ini sering disebut sebagai The Horn of Africa. Negara yang berbentuk Republik Federasi ini dahulu merupakan salah satu pusat perdagangan di dunia, karena letaknya yang berada di antara Teluk Aden dan Samudera Hindia yang merupakan salah satu jalur perdagangan. Namun, akibat kelangkaan air yang berkepanjangan, Somalia berujung pada melemahnya produksi makanan hingga muncul bencana kelaparan.

Seperti dilansir CNN (07/03), Perdana Menteri Somalia Hassan Ali Khaire mengatakan bahwa sekitar 110 penduduk Somalia meninggal dunia akibat kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kekeringan pada 48 jam terakhir. Untuk menangani hal tersebut, Khaire mendesak para pelaku usaha bisnis dan semua orang untuk berkontribusi pada upaya tanggap kekeringan. Desakan ini bertujuan untuk menyelamatkan jutaan nyawa penduduk Somalia dari kelaparan dan kekurangan air.

BACA JUGA: Longsor di Lereng Bromo, Ribuan Kepala Keluarga Krisis Air Bersih

Sehubungan dengan keadaan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melakukan kunjungan pertamanya ke negara ini pada tanggal 7 Maret lalu sejak dilantik pada Januari 2017. Ia memperingatkan bahwa krisis yang dihadapi oleh Somalia telah “diabaikan” oleh dunia.

“Jangan lupa bahwa setiap individu di negara ini merupakan kasus penderitaan ekstrim. Ada kewajiban moral bagi kita semua untuk melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung mereka,” ujar Guterres.

Bencana kekeringan di Somalia bukan yang pertama kalinya. Pada tahun 2010-2012, hampir 258.000 orang meninggal akibat kelaparan (cnn.com). Berdasarkan data tersebut, Somalia termasuk dalam empat negara yang diidentifikasi oleh PBB sebagai negara yang terancam risiko kelaparan ekstrem bersama dengan Nigeria, Sudan Selatan dan Yaman.

Penulis: Ayu Ratna Mutia

Top