Jakarta (Greeners) – Meskipun intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2016 menurun, namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tetap melakukan antisipasi potensi karhutla dengan meminta kepala daerah untuk menetapkan status Siaga Darurat Karhutla pada awal 2017.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan KLHK Raffles B Pandjaitan mengatakan dengan meminta kepada daerah untuk menetapkan status siaga darurat karhutla pada awal 2017, diharapkan dapat mengantisipasi kondisi cuaca kering yang berpotensi menimbulkan karhutla di 2017.
“Berdasarkan pemantauan kami dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang diprediksi tahun 2017 akan lebih kering yang bisa memicu karhutla. Perkiraan waktunya akan dimulai di berbagai wilayah pada Februari atau Maret mendatang,” katanya, Jakarta, Selasa (27/12).
BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Grand Design Pencegahan Karhutlabun
Selain itu, lanjutnya, KLHK juga akan memaksimalkan upaya pencegahan, pengawasan pada pengelola atau pemegang izin kawasan serta masyarakat. Pemantauan lapangan pun tetap dilakukan oleh tim gabungan, Masyarakat Peduli Api dan pemerintah secara intensif.
“Wilayah yang paling rawan terdampak kekeringan itu ada di Kalimantan Barat dan Riau, untuk itu siaga darurat perlu dilakukan lebih awal,” katanya.
Sebagai informasi, menurut data KLHK pada Desember 2016, luasan hutan dan lahan yang terbakar mencapai 190 ribu hektar. Jumlah tersebut dikatakan Raffles menurun jika dibandingkan dengan 2015 yang mencapai 2,6 juta hektar lahan. Sementara itu, jumlah hotspot (titik panas) yang terpantau oleh satelit NOAA 19 dan Terra Aqua pun masing-masing menurun sebanyak 83,21% dan 94,55%.
BACA JUGA: Kasus Karhutla, KLHK Memenangkan Gugatan Atas PT NSP
Sebelumnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya sempat menyayangkan pandangan buruk dari berbagai pihak terhadap upaya lembaganya dalam melakukan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Menurut Siti, banyaknya anggapan bahwa kebakaran hutan tahun ini yang dapat diatasi karena faktor cuaca, tidak melulu menghilangkan titik api di lokasi kebakaran.
“Meski faktor hujan itu besar, tapi beberapa titik api tidak begitu saja hilang,” katanya.
Penulis: Danny Kosasih