Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) menargetkan pemasangan 16 alat pemantau kualitas air melalui sistem online monitoring (onlimo) di 15 sungai di seluruh Indonesia pada tahun 2017. Direktur Pengendalian Pencemaran dan Air pada Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sri Parwati Murwati Budi Susanti mengatakan, hingga saat ini sudah terpasang 10 alat pemantau di lima sungai.
Untuk tahun 2016, lanjut Sri, alat onlimo sudah terpasang di Bengawan Solo sebanyak dua alat, sungai Serayu dua alat, sungai Cisadane dua alat, dan Ciliwung satu alat yaitu di Srengseng Sawah. Sedangkan tahun 2015 sudah terpasang tiga alat di dua sungai, yaitu Ciliwung sebanyak dua alat di Manggarai dan Istiqlal serta sungai Citarum satu alat di Wangisagara.
“Jadi total yang sudah terpasang itu 10 alat. Target untuk tahun 2017 ini kita mau pasang lagi di Danau Toba dua alat, Asahan satu alat, Sekampung dua alat dan Citarum satu alat. Jadi total target pemasangan hingga 2017 nanti itu ada 16 alat pemantau kualitas air secara online. Kalau target sampai 2019 minimal 30 alat yang sudah dipasang,” kata Sri kepada Greeners, Jakarta, Senin (27/03).
BACA JUGA: Adaptasi Perubahan Iklim untuk Air Bersih Harus Menyeluruh Hingga Hilir
Seperti diketahui sebelumnya, kualitas 68 persen air sungai di Indonesia berada di bawah standar. Salah satu penyebab utama pencemaran ialah limbah domestik, terutama untuk sungai di wilayah Jawa. KLHK bahkan telah memasukkan tiga sungai besar di Jawa Barat ke dalam tiga sungai prioritas pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dengan target menjadikan ketiga sungai tersebut masuk ke dalam kategori kelas dua.
Ketiga sungai tersebut, yaitu sungai Ciliwung, Citarum dan Cisadane, dipilih karena pencemaran yang dialami telah melewati batas dari empat kategori pencemaran yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.
Pencemaran ketiga sungai ini didominasi oleh limbah domestik yang dihasilkan dari pola perilaku masyarakat yang tidak disiplin dalam menggunakan dan mengelola air limbah serta sanitasi yang benar. Sungai Ciliwung, 90 persen limbahnya berasal dari limbah domestik masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, dimana tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) langsung dilakukan di sungai.
BACA JUGA: Masyarakat Pesisir Belum Rasakan Akses Air Bersih
Sedangkan Sungai Citarum dan Cisadane pencemarannya sudah sampai sekitar 75 hingga 80 persen dari penyumbang limbah domestik. Apalagi ada 11 sungai dari lintas provinsi lain yang juga masuk ke DKI Jakarta seperti Pesanggrahan, Cipinang, Sunter yang menyebabkan pencemaran terus bertambah.
Onlimo sendiri adalah kependekan dari Online Monitoring, yaitu sistem pemantauan kualitas air secara online dan realtime yang menggunakan unit sensor yang terintegrasi dengan unit data logger, unit transmisi data atau media komunikasi data, dan sistem database untuk pengelolaan data pemantauan. Onlimo dapat diterapkan untuk pemantauan kualitas air di sungai, di perairan laut atau untuk memantau air limbah di suatu kawasan industri.
Selain sensor, sistem Onlimo dikembangkan seluruhnya menggunakan komponen yang ada di Indonesia. Aplikasi yang dikembangkannya pun menggunakan Bahasa Indonesia agar mudah dioperasikan oleh pengguna. Teknologi Onlimo telah dikembangkan untuk pertama kalinya pada tahun 2005 dengan menghasilkan rancangan sistem pemantuan kualitas air online dengan menggunakan teknologi GSM (Global System for Mobile Communications) sebagai infrastruktur jaringan komunikasi dan teknologi SMS (Short Message Service) sebagai media komunikasi datanya.
Penulis: Danny Kosasih