Jakarta (Greeners) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) resmi meluncurkan teknologi microbubble untuk budidaya udang vaname ultra intensif. Diharapkan dengan adanya teknologi microbubble ini dapat menjadi solusi permasalahan yang timbul pada budidaya udang vaname sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan bahwa dibuatnya teknologi microbubble ini karena para pembudidaya udang mengalami beberapa kendala seperti biaya listrik yang tinggi, modal yang cukup besar (untuk skala tambak), adanya limbah yang tidak dikelola dengan baik, serangan penyakit, keterbatasan lokasi budidaya karena jauh dari sumber air laut/payau, serta daya dukung lingkungan yang menurun.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan rekayasa teknologi akuakultur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satunya adalah dengan pengembangan teknologi microbubble dengan integrasi Recirculating Aquaculture System (RAS) untuk budidaya udang vaname,” kata Sjarief seperti disiarkan dalam siaran pers yang diterima oleh Greeners, Rabu (26/12/2018).
BACA JUGA: KKP Bersama OJK Luncurkan Asuransi untuk Pembudidaya Ikan Kecil
Sjarief mengatakan, teknologi microbubble ini dapat dikembangkan dengan kepadatan produktivitas udang hingga lebih dari 1.000 ekor per meter kubik (ultra-intensif). Sebelum memakai teknologi ini budidaya udang vaname hanya mencapai kepadatan produktivitas 400 ekor per meter kubik (supra intensif) di sektor pembudidaya skala rumah tangga.
Selain itu, kelebihan dari teknologi microbubble ini diantaranya tidak perlu mengganti air, tidak ada air limbah perikanan yang dibuang ke lingkungan, serta bisa diaplikasikan di tengah perkotaan yang jauh dari sumber air laut karena pengelolaan media air budidaya dilakukan secara berkelanjutan.
“Teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga hingga industri sehingga pembudidaya kecil dapat diberdayakan. Sistem dan metode budidaya udang vaname ultra intensif ini telah didaftarkan patennya melalui Sentra Kekayaan Intelektual KKP dengan nomor paten P00201810738, sedangkan teknologi microbubble-nya telah diberi sertifikat paten nomor IDS000002014,” terang Sjarief.
Teknologi microbubble didesain oleh peneliti Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) yang dibuat secara sederhana sehingga dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat pembudidaya. Dengan pendampingan, pembudidaya bisa membuat dan menerapkannya secara mandiri.
BACA JUGA: KKP Rekomendasikan Kalender Prediksi Kematian Massal Ikan
Sjarief menyatakan dengan adanya penggunaan teknologi microbubble dalam kolam ukuran volume 49 meter kubik selama 60 hari pembesaran mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram/ekor dari berat awal 0,5 gram, dan meraup keuntungan bersih sebesar Rp 94,3 juta/tahun dengan nilai investasi awal 31 juta.
“Diharapkan hasil penemuan ini dapat menjadi solusi permasalahan yang timbul pada budidaya udang vaname sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Sjarief.
Penulis: Dewi Purningsih