Jakarta (Greeners) – Guna menjaga kualitas air agar terhindar dari pencemaran khususnya yang disebabkan oleh air limbah, baik limbah rumah tangga maupun industri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPera) menyatakan melakukan dua pendekatan dalam penanganan pengolahan air limbah tersebut.
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPera, Dodi Krispratmadi dalam keterangan resminya menjelaskan, pendekatan pertama yaitu pengelolaan air limbah berbasis masyarakat. Pendekatan ini, katanya, dilakukan melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat atau Sanimas oleh Kementerian PUPera.
Melalui program ini, Dodi berharap masyarakat dapat berperan langsung dalam kegiatan pembangunan prasarana sanitasi, sementara pemerintah akan memfasilitasi serta memberikan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatannya. Dodi juga menyatakan bahwa Program Sanimas diprioritaskan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
BACA JUGA: Sungai Tercemar Limbah Pabrik, Warga Pasuruan Mengadu ke Wagub Jatim
Beberapa contoh program ini seperti pembangunan prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, IPAL yang dikombinasikan dengan MCK serta sambungan ke rumah-rumah penduduk. Program Sanimas ini telah berjalan di sekitar 9.000 lokasi di seluruh Indonesia dengan cakupan satu Sanimas untuk 70 Kepala Keluarga.
“Tahun 2016, pembangunan Sanimas ini telah mencapai sekitar 13.500 di seluruh Indonesia,” terang Dodi, Jakarta, Sabtu (18/03).
Pada pendekatan kedua, penanganan masalah limbah harus menggunakan pola penugasan struktural kepada lembaga di tingkat daerah, baik skala regional maupun kota. Ia memberi contoh penugasan yang diberikan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang memang menangani pengolahan air limbah di wilayahnya, seperti PDAM di Solo, Medan maupun Bandung.
Dalam pengelolaan air dan limbah, dikatakan oleh Sekretaris Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPera, Lolly Martina Martief, Kementerian PUPera berperan dalam mengurangi pencemaran air khususnya sungai melalui pemberdayaan masyarakat di bantaran guna pengelolaan kualitas air sungai.
BACA JUGA: Pencemaran Teluk Jakarta Masih Didominasi Limbah Domestik
Ia berpendapat bahwa pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air tidak akan berhasil mencapai kinerja yang efektif apabila masyarakat tidak ikut berpartisipasi baik sebagai pihak pencemar maupun pihak yang merasakan pencemaran air tersebut.
“Kami juga berperan dalam kegiatan pembangunan dan rehabilitasi air baku untuk kemudian disalurkan dalam pemenuhan kebutuhan air masyarakat sehari-hari,” kata Lolly Martina.
Sebagai informasi, dalam rangka memperingati Hari Air Internasional 2017 di bawah tema “Air dan Limbah”, Kementerian PUPera melalui balai yang ada di daerah akan melaksanakan berbagai kegiatan antara lain susur dan bersih sungai, penanaman pohon, lomba daur ulang sampah rumah tangga, edukasi kali bersih untuk usia dini, pembersihan saluran drainase dan pembentukan gerakan masyarakat peduli sungai.
Selain itu, nantinya juga akan diselenggarakan dialog nasional dengan tema “Pengelolaan Limbah untuk Masyarakat” pada tanggal 26 hingga 28 April 2017.
Penulis: Danny Kosasih