Kemendag Dorong Perdagangan Berkelanjutan dalam Kolaborasi Global

Reading time: 2 menit
Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan pentingnya upaya bersama dalam mendukung perdagangan berkelanjutan. Foto: Kemendag
Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan pentingnya upaya bersama dalam mendukung perdagangan berkelanjutan. Foto: Kemendag

Jakarta (Greeners) – Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, menegaskan pentingnya upaya bersama dalam mendukung perdagangan berkelanjutan yang seimbang melalui adaptasi dan mitigasi iklim. Menurutnya, terdapat keterkaitan erat antara kebijakan iklim dengan perdagangan global.

“Saat ini, setiap negara diharapkan dapat melakukan mitigasi dan adaptasi serta memberikan prioritas pada perdagangan berkelanjutan, hijau, serta ramah lingkungan,” kata Roro di Jakarta, Rabu (4/12).

Roro menyampaikan bahwa ketahanan energi, baik dari energi fosil maupun energi bersih, menjadi prioritas utama pemerintah. Dalam hal ini, penting untuk menekankan energi baru dan terbarukan. Selain itu, perlu memperkuat keamanan pasokan energi melalui kemitraan internasional untuk memastikan keberlanjutan global.

BACA JUGA: Greenpeace Desak Pencemar Bayar Dampak Kerusakan Lingkungan

Transisi energi juga bagian dari upaya pemerintah menuju ekonomi hijau, yang bertujuan untuk mencegah ancaman perubahan iklim dan krisis energi. Sebagai tindak lanjut dari Persetujuan Paris (The Paris Agreement) 2016, Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai bagian dari respons global terhadap perubahan iklim.

Indonesia telah menyusun beberapa strategi utama untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Strategi tersebut meliputi elektrifikasi dan efisiensi energi, peningkatan penggunaan kendaraan listrik, perluasan energi terbarukan, serta pemanfaatan dan penyimpanan karbon.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Indonesia juga memperoleh penilaian dari World Economic Forum pada 2024, yang mengevaluasi kesiapan transisi energi 120 negara. Dalam penilaian tersebut, Indonesia berada di peringkat 54 dunia dan di tingkat ASEAN. Indonesia menempati posisi ketiga setelah Vietnam dan Malaysia.

Kanada dan Indonesia Berkolaborasi

Pada kesempatan ini, Roro juga menjelaskan, Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) merupakan salah satu terobosan penting. Hal itu dalam kolaborasi antara Indonesia dan Kanada, khususnya di bidang mineral kritis.

Melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang mineral kritis yang telah ditandatangani oleh kedua negara, Indonesia dan Kanada akan bekerja sama dalam beberapa hal.

“Indonesia dan Kanada akan bekerja sama dalam mengelola sumber daya secara keberlanjutan,
menerapkan teknologi bersih, dan mengoptimalkan perdagangan dan investasi yang ramah
lingkungan. Tidak hanya itu, Indonesia-Kanada juga akan memenuhi standar Environmental, Social, and Governance (ESG), termasuk protokol penutupan tambang dan pengurangan emisi gas rumah kaca,” kata Wamendag Roro.

BACA JUGA: Perdagangan Karbon Bukan Satu-satunya Solusi Turunkan Emisi

Di sisi lain, Roro juga menyampaikan perkembangan positif mengenai perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,95 persen pada triwulan III 2024.

Pertumbuhan ini didorong oleh realisasi investasi yang mencapai Rp431,48 triliun pada periode yang sama, naik 15,24 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, inflasi Indonesia pada November 2024 relatif terkendali, yakni sebesar 1,55 persen (year-on-year/YoY).

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top