BATU (Greeners) – Satu keluarga lutung jawa yang terdiri atas empat ekor betina dewasa dan satu ekor betina yang masih berusia satu bulan bakal menjadi penghuni baru kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo di lereng timur Gunung Biru, Jawa Timur. Enam ekor lutung ini rencananya akan dilepasliarkan pada pertengahan Mei 2014 oleh tim Javan Langur Center (JLC) atau tempat rehabilitasi lutung jawa sub spesies jawa bagian timur (trachypithecus auratus) di kawasan Coban Talun, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Keluarga lutung ‘Wira’ ini terbentuk sejak 2012 lalu dan dua ekor anggotanya merupakan lutung kiriman dari kebun binatang Inggris. Sedangkan sisanya lutung lokal yang terpisah dari kelompoknya akibat perburuan liar. Wira sendiri merupakan pejantan yang terpisah sendirian. Kini, Wira telah memiliki keluarga dan menghasilkan anak dari induk bernama Mico. “Marlena lahir 31 Maret lalu dan kini sudah berusia satu bulan,” ujar Iwan Kurniawan, Manajer Javan Langur Center, Kamis (1/5/2014).
Saat ini, kata Iwan, JLC telah merehabilitasi 28 lutung jawa bagian timur dan yang siap dilepas adalah kelompoknya Wira yang berjumlah enam ekor. Lokasi pelepasan untuk kelompok Wira telah disiapkan di wilayah Tahura R Soerjo. Sebelumnya, JLC telah melepas 13 ekor lutung jawa di kawasan hutan Perhutani di sekitar Gunung Pusung Rawung. Kelompok Tujul dan Rojali yang dilepas 2012 lalu itu kini menjadi empat kelompok dan sebagian menyatu dengan lutung asli penghuni hutan itu.
Pemantauan lutung yang telah dilepas memang dilakukan secara berkala untuk mengetahui keadaannya. Sejauh ini, dua kelompok yang dilepas dua tahun lalu, kini bertambah dengan adanya bayi lutung dalam kelompok mereka. Untuk kelompok Wira, nanti juga akan dipantau terus secara berkala. Sebab, meski di dalam kandang sosialisasi terlihat menyatu, ketika di alam biasanya ada yang terpisah seperti kelompok Rojali yang terpisah menjadi tiga kelompok karena terpikat dengan pejantan lain. “Rojali kini menjadi sendirian di hutan, padahal pada saat dilepas dan di kandang sosialisasi kelompoknya menyatu, betinanya terpikat dengan pejantan lain,” kata Iwan.
Menurut data JLC, survei terakhir tahun 2010 di kawasan hutan di bagian timur Jawa Timur mulai dari Gunung Lawu hingga Taman Nasional Baluran terdapat 2.700 ekor lutung dengan kantong terbesar berada di Merubetiri. Di Merubetiri ini ada sekitar 25 kelompok dengan masing-masing kelompok antara 15 hingga 24 ekor.
Sementara di sekitar wilayah JLC sendiri terutama di areal Gunung Pusung Rawung sendiri tersisa 43 ekor. Itupun dengan kelompok kecil-kecil antara 2 sampai 3 ekor saja. Perburuan liar menjadi faktor utama kelompok menjadi terpisah-pisah dan populasi menipis. Karenanya, fokus JLC saat ini akan merehabilitasi lutung jawa bagian timur dan melepasnya di hutan wilayah ini baik yang berada di bawah Perhutani maupun Tahura R Soerjo.
Selama tiga tahun terakhir, perburuan liar di sekitar hutan ini sudah mulai menurun paska adanya JLC di wilayah tersebut. Warga yang sebelumnya sering memburu lutung di hutan mulai sadar dan tahu jika perburuan tersebut adalah melanggar undang-undang. Iwan menambahkan, sekitar tahun 1990-an, di hutan kawasan Coban Talun ini memang habitatnya lutung jawa, namun karena banyak perburuan dan pembalakan liar, saat ini hanya tersisa sedikit populasinya.
Salah satu warga desa sekitar hutan, Wagimin, membenarkan jika masyarakat sudah tidak berburu lagi lutung jawa di hutan setelah adanya penangkaran lutung di wilayah itu. Para pelajar di sekitar desa juga sering mengunjungi penangkaran untuk belajar tentang satwa liar terutama lutung jawa sehingga mereka sejak dini diperkenalkan dengan kecintaan terhadap satwa dengan membiarkan hidup di alam liar. “Dulu memang banyak warga yang berburu, sekarang sudah tidak,” katanya.
(G17)