Kekuatan Kita, Planet Kita: Mengisi Masa Depan dengan Energi Bersih

Reading time: 5 menit
Ilustrasi energi bersih. Foto: Freepik
Ilustrasi energi bersih. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Hari Bumi merupakan perhelatan global tahunan setiap 22 April guna meningkatkan kesadaran dan menginspirasi tindakan untuk melindungi lingkungan. Tema tahun 2025, β€œKekuatan Kita, Planet Kita,” menekankan peran penting energi bersih dan tindakan kolektif masyarakat dalam melindungi planet ini.

Saat dunia mendekati tenggat waktu iklim utama, sangat penting untuk menyatukan upaya menuju pembangunan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih berkelanjutan. Selama dekade terakhir, 86 persen rata-rata konsumsi energi global berasal dari bahan bakar fosil. Hal itu menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan seperti peningkatan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

Skenario bisnis-as-usual (BAU) memperkirakan bahwa penggunaan bahan bakar fosil akan masih sekitar 65-70% pada tahun 2050, dengan penggunaan batu bara menurun perlahan, terutama di negara-negara maju. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) tetap tinggi karena transportasi dan petrokimia. Namun, penggunaan gas alam meningkat sebagai bahan bakar transisi.

Sektor energi terbarukan tumbuh, namun tidak cukup cepat untuk menggantikan bahan bakar fosil. Akibatnya, terjadi peningkatan emisi COβ‚‚ global. Hal itu berpotensi menyebabkan pemanasan global melebihi 2,5-3Β°C pada tahun 2100. Selain itu, juga memperparah peristiwa cuaca ekstrem dan peningkatan permukaan laut, serta memperdalam ketimpangan di negara-negara yang rentan.

Untuk mengurangi emisi COβ‚‚ global secara efektif, transisi energi bersih harus melibatkan kolaborasi dari pemerintah, bisnis, masyarakat, dan individu. Pemerintah harus menetapkan kebijakan yang kuat, berinvestasi dalam energi terbarukan, serta mengakhiri subsidi bahan bakar fosil.

Sektor bisnis juga harus beralih ke energi bersih, mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan, dan mendukung teknologi hijau. Sebagai individu, kita dapat berkontribusi dengan mengurangi penggunaan energi pribadi, menggunakan transportasi umum, memilih opsi energi terbarukan, dan mengadvokasi aksi iklim.

Direktur Belantara Foundation, Dolly Priatna. Foto: Istimewa

Direktur Belantara Foundation, Dolly Priatna. Foto: Istimewa

Memahami Tema Hari Bumi 2025: β€œKekuatan Kita, Planet Kita”

Tema Hari Bumi 2025, β€œKekuatan Kita, Planet Kita,” mendorong individu dan masyarakat luas untuk menggunakan kekuatan kolektif mereka guna mengatasi krisis iklim global. Hal ini termasuk kekuatan teknologi, yang melibatkan pengembangan solusi energi berkelanjutan. Misalnya, panel surya, turbin angin, kendaraan listrik, dan sistem penyimpanan energi, serta kekuatan politik, yang melibatkan kemampuan pemerintah, lembaga, dan segenap warga negara untuk membentuk kebijakan yang melindungi lingkungan.

Energi bersih sangat penting untuk mengatasi degradasi lingkungan dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Transisi ke sumber energi bersih sangat penting untuk mengurangi perubahan iklim dan melindungi kesehatan masyarakat.

Sumber energi bersih menghasilkan emisi minimal, mengurangi polusi udara dan air secara signifikan, serta dapat membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati. Selain itu, energi bersih bermanfaat bagi kesehatan dengan mencegah kematian ribuan manusia setiap tahun akibat polusi udara, serta mengurangi persaingan untuk mendapatkan sumber daya air.

Gerakan global untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi bersih tidak hanya didorong oleh pemerintah dan industri. Setiap individu masyarakat dapat berkontribusi dengan membuat pilihan yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya, menggunakan peralatan hemat energi, mengurangi perjalanan dengan mobil, memasang panel surya di atap rumah, serta mendukung penyedia energi hijau. Masyarakat juga dapat memperkuat upaya ini dengan memulai proyek energi bersih lokal, meningkatkan kesadaran, dan mengadvokasi kebijakan energi bersih.

Baik individu maupun masyarakat dapat memengaruhi sistem yang lebih luas. Hal ini melalui keterlibatan masyarakat, memilih pemimpin yang berfokus pada iklim, dan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan. Kemudian, dapat menekan perusahaan dan pembuat kebijakan untuk bertindak secara bertanggung jawab.

Mereka adalah fondasi revolusi energi bersih yang digerakkan oleh masyarakat, menciptakan permintaan, membangun ketahanan, dan menginspirasi perubahan sistemik, yang dimuai secara lokal. Namun, bergema secara global.

Tantangan Lingkungan Hidup Saat Ini dan Ajakan untuk Bertindak

Konsumsi bahan bakar fosil berdampak signifikan terhadap perubahan iklim. Terutama karena pelepasan gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida dan metana. Emisi ini mengubah komposisi atmosfer, yang menyebabkan pemanasan global dan gangguan ekologi.

Pembakaran bahan bakar fosil menyumbang sekitar 84% dari total emisi CO2 global, yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar CO2 atmosfer dari 280 ppm pada tahun 1750 menjadi lebih dari 390 ppm pada tahun 2011.

Peningkatan kadar GRK dikaitkan dengan peningkatan suhu global rata-rata sebesar 0,6 Β± 0,2Β°C sejak akhir abad ke-19, dengan proyeksi yang menunjukkan peningkatan lebih lanjut sebesar 1,4 hingga 5,8Β°C pada tahun 2100.

Dampak berikutnya adalah gangguan iklim, termasuk peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrem, pengasaman laut, dan naiknya permukaan laut, yang dapat menyebabkan banjir di wilayah pesisir. Mekanisme umpan balik, seperti mencairnya lapisan tanah beku dan meningkatnya uap air, memperburuk pemanasan sehingga menciptakan siklus perubahan iklim yang saling memperkuat.

Emisi bahan bakar fosil berkontribusi terhadap polusi udara yang menyebabkan hujan asam dan merusak ekosistem. Hal itu berdampak pada keanekaragaman hayati dan kualitas air. Dampak kesehatan dari polutan udara, termasuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida, semakin mengancam kesehatan manusia dan integritas ekologi.

Energi bersih, termasuk sumber-sumber seperti tenaga surya, angin, hidroelektrik, panas bumi, dan bioenergi modern, merupakan solusi ampuh untuk mengurangi polusi akibat perubahan iklim. Energi bersih sangat terkait dengan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, kemandirian energi, dan pemerataan, khususnya bagi masyarakat yang rentan dan terpinggirkan.

Investasi dalam Infrastruktur Terbarukan

Untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih, pemerintah harus memberlakukan kebijakan yang kuat. Kemudian, berinvestasi dalam infrastruktur terbarukan, mengakhiri subsidi bahan bakar fosil, berinovasi, berinvestasi dalam teknologi bersih, dan membuat pilihan yang sadar. Selain itu, perlu tindakan terkoordinasi lintas sektor. Hal ini untuk memastikan peralihan yang inklusif dan efektif ke sumber-sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan tenaga air.

Biaya teknologi energi bersih yang dianggap tinggi tetap menjadi hambatan yang signifikan, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan lembaga internasional harus mengalihkan subsidi dari bahan bakar fosil, lalu berfokus pada inisiatif energi bersih.

Peningkatan investasi dalam penelitian dan pengembangan dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi. Sehingga energi bersih menjadi lebih terjangkau dari waktu ke waktu. Akses terhadap energi bersih harus diperluas. Terutama di masyarakat terpencil dan kurang terlayani, dengan menggunakan solusi energi terdesentralisasi seperti sistem tenaga surya off-grid, jaringan mikro berbasis masyarakat, dan model pembiayaan inklusif. Investasi dalam sumber daya manusia dan pelatihan pekerja lokal juga penting untuk keberlanjutan jangka panjang.

Kurangnya kemauan politik menghambat kemajuan di tingkat nasional dan global. Komitmen politik sangat penting untuk menerapkan kebijakan iklim yang kuat, menegakkan peraturan emisi, dan mendukung pengembangan energi bersih.

Kesadaran publik dan keterlibatan masyarakat dapat menekan para pemimpin untuk memprioritaskan keberlanjutan dalam agenda mereka. Kerja sama internasional yang kuat, seperti Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dapat membantu menetapkan target bersama dan memobilisasi sumber daya untuk transformasi energi global.

Inisiatif energi bersih yang berhasil, seperti program desa surya di Indonesia dan kota hijau di Eropa, menunjukkan potensi teknologi energi terbarukan untuk mengubah masyarakat dan lingkungan perkotaan. Namun, tantangan seperti biaya tinggi, keahlian teknis, dan keterbatasan infrastruktur tetap ada. Ini membutuhkan upaya berkelanjutan dan solusi inovatif untuk sepenuhnya mewujudkan potensinya.

Masa Depan yang Kita Pilih

Dunia membayangkan masa depan dengan dukungan sistem energi yang bersih, terbarukan, dan inklusif pada tahun 2030 dan seterusnya. Visi ini bertujuan untuk mengurangi polusi dan kesenjangan, mendorong stabilitas iklim, keadilan sosial, dan pembangunan berkelanjutan.

Sumber energi bersih seperti tenaga surya, angin, hidro, dan panas bumi akan menjadi tulang punggung pasokan energi global. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, biaya yang menurun, dan dukungan kebijakan yang kuat membuat energi terbarukan lebih mudah diakses dan efisien.

Bahan bakar fosil akan dihapuskan, mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kualitas udara. Transisi energi bersih akan memprioritaskan kesetaraan dan inklusi, memberdayakan masyarakat pedesaan, kelompok terpinggirkan, dan negara-negara berkembang untuk memiliki akses yang adil ke layanan energi modern.

Sistem energi terdesentralisasi, seperti tenaga surya off-grid, ladang angin masyarakat, dan penyimpanan baterai lokal, akan memberdayakan setiap anggota masyarakat untuk memproduksi dan mengendalikan energi mereka sendiri. Pekerjaan dalam ekonomi hijau akan didistribusikan secara adil, dengan kesempatan untuk semua jenis kelamin, usia, dan latar belakang sosial.

Setiap individu akan memainkan peran penting dalam mencapai visi ini. Mulai dari melakukan perubahan gaya hidup, mengadvokasi kebijakan energi bersih, dan berbagi pengetahuan tentang energi bersih, isu iklim, dan keadilan energi. Sistem energi yang bersih dan adil harus memastikan setiap orang memiliki akses ke energi yang aman dan berkelanjutan. Hal ini terlepas dari lokasi, pendapatan, atau status sosial mereka.

Tulisan ini merupakan opini dari pengamat lingkungan sekaligus Direktur Belantara Foundation, Dolly Priatna, dalam rangka memperingati Hari Bumi 2025.

 

Top