Kuningan (Greeners) – Kebun Raya Kuningan menjadi lokasi pemberhentian ke empat bagi tim Jelajah Bhumi. Pada etape ini, delapan pesepeda yang tergabung dalam tim Jelajah Bhumi berhasil menyelesaikan jarak 111,7 kilometer dari Bandung menuju Kebun Raya Kuningan.
Wakil Ketua I Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI), Michael Sumarijanto, mengatakan, salah satu misi dari tim Jelajah Bhumi mengunjungi kebun raya ialah untuk memperkenalkan kebun raya-kebun raya yang belum diketahui masyarakat secara luas dan untuk mempromosikan upaya pelestarian lingkungan kepada masyarakat.
“Kebun Raya Kuningan ini mempunyai banyak sumber daya alam, seperti air yang menjadi sumber perairan bagi wilayah lain dan bergantung kepada Kebun Raya Kuningan ini. Kekayaan sumber daya alam ini yang harus terus dikembangkan dan ditingkatkan. Kalau tidak ada Kebun Raya Kuningan, bayangkan bagaimana daerah lain memperoleh air,” ujar Michael pada acara penyambutan tim Jelajah Bhumi di Kebun Raya Kuningan, Rabu (18/04/2018).
BACA JUGA: Usai Menempuh 47,3 KM, Tim Pesepeda Jelajah Bhumi Menimba Ilmu di Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Kuningan merupakan kebun raya yang baru saja diluncurkan pada Januari 2017 lalu. Kebun raya ini dinyatakan telah memenuhi syarat lima fungsi kebun raya, yaitu fungsi konservasi, fungsi pendidikan, fungsi pariwisata, fungsi penelitian, dan fungsi jasa lingkungan. Aang Hamid Suganda, mantan Bupati Kuningan yang pernah menjabat selama dua periode yaitu periode 2003 – 2008 dan periode 2008 – 2013, adalah sosok yang turut berperan agar Kuningan memiliki Kebun Raya.
“Saya mencanangkan Kebun Raya Kuningan ini pada tahun 2005, berarti sekarang umurnya sudah 13 tahun. Kebun Raya merupakan suatu aset Pemda yang betul-betul sangat berharga. Di atas tanah 160 hektar berdiri Kebun Raya Kuningan dengan segala fasilitas yang cukup baik, ini merupakan suatu kebanggaan untuk masyarakat Kuningan,” ujar Aang kepada Greeners saat ditemui di lokasi acara.
Aang melanjutkan, dengan kedatangan tim Jelajah Bhumi, Kebun Raya Kuningan bisa lebih dikenal mulai dari warga sekitar, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Ia juga berharap tempat pelestarian ex-situ ini bisa dikenal dalam bidang lingkungan.
“Tempat ini kaya akan (potensi) alamnya. Air yang ada di Kabupaten Kuningan ini diperlukan oleh daerah lain seperti Cirebon, Brebes, dan Indramayu, jadi harus dijaga benar aset yang ada di Kebun Raya Kuningan ini,” ujarnya.
Menurut Aang, Kebun Raya Kuningan merupakan aspirasi seluruh masyarakat Kabupaten Kuningan dan diharapkan mendukung Kabupaten Kuningan yang berfungsi sebagai daerah penyangga pusat pengembangan wilayah Cirebon.
Selain itu, Kebun Raya Kuningan berperan sebagai “site’s window” dari Taman Nasional Gunung Ceremai, wisata alam untuk perlindungan, meminimalisasi dampak negatif degradasi sumber daya alam, pengembangan produk pariwisata yang berorientasi pada nilai edukasi, dan membentuk peran aktif masyarakat dalam memberikan nilai tambah terhadap pembangunan ekonomi wilayah.
“Pertama kita ingin memperkenalkan koleksi tumbuhan TNG Ceremai, taman tematik, dan objek wisata. Kedepannya kita akan buat juga labirin batu, wahana, dan sawah pertanian. Selain potensi ekowisata, kami akan mengembangkan potensi hasil pertanian karena wilayah Padabeunghar terkenal dengan buah nangka dan buah lokal Kokosan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kebun Raya Kuningan, Ali Jaenal.
BACA JUGA: Status Pulau Sempu Tetap Cagar Alam, Aktivitas Wisata Dilarang
Ali mengatakan, saat ini rata-rata pengunjung Kebun Raya Kuningan per bulan sudah mencapai 3.000 sampai 7.000 orang dimana pada hari hari libur bisa mencapai hingga 1.500 pengunjung dengan harga tiket Rp6.000 termasuk asuransi. Tempat wisata yang paling diminati di dalam kebun raya ini, yaitu Patung Kuda dan Taman Kuning.
“Dari luas total 160 hektar Kebun Raya Kuningan, baru 30 persennya yang kita kembangkan. Selanjutnya kita akan melanjutkan master plan dari kebun raya sesuai arahan dari LIPI. Kita tetap akan mempertahankan ekowisata dan koleksi tumbuhan. Kami juga berharap ke depannya fungsi pendidikan dan riset akan tetap berjalan, seperti mikrohidro akan kita bangun, pengelolaan sampah 3R, dan biogas,” pungkas Ali.
Sebagai informasi, sejak pertama kali diluncurkan pada tanggal 12 April di Jakarta hingga Rabu ini, tim Jelajah Bhumi sudah mengunjungi beberapa kebun raya, antara lain Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Kuningan. Untuk selanjutnya tim Jelajah Bhumi akan berkunjung ke Kebun Raya Baturaden, Kebun Raya Boyolali, dan Kebun Raya Purwodadi. Sampai berita ini dibuat, tim Jelajah Bhumi sudah menempuh jarak 382 kilomter dari Jakarta hingga Tegal.
Penulis: Dewi Purningsih