Jakarta (Greeners) – Kebun Raya Bogor akan menampilkan berbagai pencapaian dan perannya terhadap perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan tentang tumbuhan dalam perayaan dua abad Kebun Raya Bogor yang akan dilangsungkan pada 18 Mei 2017 mendatang. Dalam perayaan bertema “Plans and People Harmony” tersebut, Kebun raya Bogor akan melakukan ekspos hasil penelitian yang telah dilakukan selama 200 tahun.
Kepala Kebun Raya Bogor Didik Widyatmoko kepada Greeners menjelaskan beberapa penelitian tersebut seperti penelitian tentang sawit yang ditanam di lahan marginal. Ia mengatakan bahwa penelitian tentang sawit adalah hasil karya peneliti kebun raya yang telah dilakukan sejak seratus tahun lalu. Berkat kebun raya, katanya, sawit yang dahulu belum diketahui manfaatnya, kini menjadi sumberdaya yang menopang pilar ekonomi nasional.
“Kelapa sawit itu awalnya yang mendatangkan Kebun Raya Bogor. Saat itu belum diketahui minyaknya, potensi ekonominya. Tapi setelah diteliti dan dikembangkan, barulah dirasakan potensinya. Selain sawit, masih banyak penelitian lainnya seperti kayu manis dan kina. Di sinilah peran kebun raya yang ingin kita ekspos,” terang Didik, Jakarta, Kamis (13/04).
BACA JUGA: Sampah di Kebun Raya Bogor Belum Dikelola dengan Baik
Selain itu, Kebun Raya juga akan mengekspos empat individu baru yang telah diluncurkan, termasuk mendomestikan tumbuhan liar menjadi tanaman yang mempunyai nilai jual. Kebun Raya sendiri, lanjutnya, telah membantu terbentuknya kebun raya baru di daerah yang hingga kini jumlahnya telah mencapai 32 kebun raya, termasuk lima kebun raya di bawah LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Diantaranya Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya Bali, dan Kebun Raya Batu Raden.
“Terkait ilmu pengetahuan dan teknologi, perayaan dua abad nanti juga akan mengundang semua mitra LIPI dan mengenalkan hasil riset yang telah dihasilkan selama ini,” tambahnya.
BACA JUGA: LIPI: Kebun Raya Bisa Menangkal Praktik Biopiracy
Kebun raya, terus Didik, memiliki peranan yang amat penting, terlebih untuk perlindungan plasma nuftah yang notabene merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional. Dengan adanya kebun raya, maka selain dipulihkan, plasma nuftah juga terselamatkan.
Saat ini baru 25 persen tumbuhan yang ada di Indonesia ada di kebun raya. Di sisi lain, Indonesia telah menempati peringkat 6 dalam hal jumlah tumbuhan terancam punah. Oleh karena itu, kebun raya saat ini menjadi program prioritas agar jumlahnya semakin banyak.
“Meskipun dalam dua dasawarsa terakhir ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keanekaragaman hayati di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup baik, tetapi perlu ada percepatan sehingga mampu membaca potensi sumber daya genetik lebih cepat dan mampu menulis dan mengedit gen,” katanya.
Penulis: Danny Kosasih