Jakarta (Greeners) – Jelang puncak peringatan 200 tahun Kebun Raya Bogor pada 18 Mei mendatang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan meluncurkan perangko seri anggrek 34 provinsi. Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya atau kerap disebut Kebun Raya Bogor-LIPI, Didik Widyatmoko mengatakan peluncuran perangko ini adalah bentuk usaha untuk mempromosikan kekayaan anggrek Indonesia.
Didik mengatakan bahwa dalam momentum peringatan dua abad Kebun Raya Bogor, pihaknya menggandeng PT Pos Indonesia dan pihak terkait untuk meluncurkan seri prangko kekayaan anggrek Indonesia. Jenis anggrek yang dijadikan prangko dipilih berdasarkan asal atau area distribusinya serta keberadaan anggrek tersebut di Kebun Raya Bogor.
“Prangko dua abad Kebun Raya Bogor seri 34 anggrek provinsi Indonesia merupakan lanjutan prangko ‘Negara Kesatuan RI dalam Puspa’ yang digagas oleh Megawati Soekarno Putri saat meresmikan Griya Anggrek 2002,” terang Didik, Jakarta, Jumat (12/05).
BACA JUGA: Kebun Raya Akan Ekspos Hasil Penelitian Selama 200 Tahun
Salah satu prangko anggrek yang akan diluncurkan pada saat peringatan ulang tahun ke-200 tahun Kebun Raya Bogor sendiri, lanjutnya, adalah Coelogyne marthae. Anggrek ini merupakan hasil eksplorasi dari Katingan, Kalimantan Tengah pada 2013 yang dilakukan oleh tim peneliti Kebun Raya Bogor dengan dibantu berbagai pihak terkait lain. Saat ini, Kebun Raya Bogor memiliki lima spesimen Coelogyne marthae yang ditempatkan di rumah kaca anggrek serta 30 dalam botol semai.
“Khusus untuk pemberian nama Coelogyne marthae dinisbatkan kepada Dr. (H.C). Martha Tilaar oleh The national Herbarium of the Netherlands atas dedikasinya mendirikan Martha Tilaar Professorial Chair di Leiden University pada 2000, dan atas keberhasilannya membangun perusahaan kosmetik dan perawatan alami berdasarkan kearifan lokal yang diolah secara ilmiah untuk kebutuhan di kehidupan masa kini,” tambahnya.
Dr. (H.C) Martha Tilaar melalui PT Martina Berto tbk berkolaborasi dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, terus Didik, bahkan membuat sabun berbentuk anggrek Coelogyne marthae yang sebagian dari hasil penjualannya didedikasikan untuk mendukung pelestarian anggrek berbasis komunitas di ekosistem Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta dan ekosistem karst di kecamatan Tepus, Gunung Kidul. Hal ini mengingat potensi ancaman terhadap keberadaan anggrek Indonesia masih tergolong besar, baik karena bencana alam, alih fungsi lahan, atau pencurian sumber daya genetik.
BACA JUGA: Dua Abad Kebun Raya Bogor Jadikan Rafflesia Patma Sebagai Koleksi Unggulan
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan kalau dalam usia yang menjelang dua abad tersebut, kata Didik, Kebun Raya Bogor masih akan terus menunjukkan kiprahnya sebagai lembaga konservasi flora Indonesia dari ancaman kepunahan. Salah satu contoh upayanya adalah menjaga flora dari ancaman kepunahan pada spesies anggrek.
“Kami memiliki rumah dan laboratorium anggrek dengan koleksi terlengkap di Indonesia. Ada sekitar 500 spesies dari total 5.000 spesies anggrek kawasan Malesia di Kebun Raya Bogor ini,” ungkapnya, Jakarta, Jumat (12/05).
Didik mengatakan, status konservasi beragam anggrek yang ada di Kebun Raya Bogor sebagian besar adalah langka atau terancam kepunahan (Kategori IUCN Red Data Book). Berbagai jenis anggrek tersebut ditemukan dari hutan-hutan alam di Indonesia dimana sekarang hutan juga terancam keberadaannya. Oleh karena itu, langkah konservasi penting untuk terus dilakukan saat ini, seperti dengan melakukan penemuan spesies baru, perbanyakan bibit, menggali manfaat serta reintroduksi ke habitat asal anggrek.
“Dalam melakukan langkah itu, kami juga merangkul para stakeholders terkait, seperti Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI), PT. Pos Indonesia, dan PT. Martina Berto Tbk,” tutupnya.
Penulis: Danny Kosasih