Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut kebakaran hutan dan lahan memengaruhi kondisi lapisan ozon. Asap yang berasal dari kebakaran selanjutnya melepaskan senyawa organik ke atmosfer dan bertahan dalam waktu yang lama. Faktor lain seperti krisis iklim juga dinilai menjadi penyebab menipisnya lapisan penangkal radiasi ultraviolet itu.
“Karhutla itu memperburuk keadaan lapisan ozon. Namun, pandemi corona menyebabkan aktivitas manusia (yang merusak) berkurang sehingga otomatis membantu proses pemulihan lapisan ozon,” ujar Kepala Bidang Analisis Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Kadarsah, saat dihubungi Greeners, kemarin.
Baca juga: Titik Panas Penyebab Karhutla Meningkat dalam Dua Dekade
Melalui Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumatera Barat, BMKG mencatat konsentrasi ozon meningkat pada Agustus lalu. Menurut Kadarsah, penyebabnya diduga karena adanya titik panas di sejumlah lokasi.
“Kalau melihat hotspot pada bulan Agustus sangat tinggi, ada kemungkinan berpengaruh pada ozon, tetapi masih perlu diteliti,” kata dia.
Ia menuturkan bencana kebakaran telah mendorong terjadinya awan raksasa jenis Pyrocumulonimbus yang dapat bertahan selama berbulan-bulan dan merusak lapisan ozon. Selain itu, kebakaran juga menghasilkan Hidroklorofluorokarbon (HCFC) atau freon yang dapat melubangi lapisan tersebut.
“Kebakaran hutan juga melepaskan gas metana, gas rumah kaca yang 21 kali lebih beracun daripada karbon dioksida dan senyawa ini berbahaya bagi ozon,” ucapnya.
Diperparah oleh Krisis Iklim
Dalam gelar wicara yang diselenggarakan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) bertajuk “Rawat Bumi yang Merawat Kita” pada, Rabu (16/9) lalu, krisis iklim juga disebut turut berimbas terhadap keadaan lapisan ozon.
“Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim dikarenakan adanya pertambangan, industri, pertanian, transportasi, dan kebakaran” ujar Direktur Program Yayasan Asri, Mahardika Putra Purba.
Baca juga: Keberhasilan Protokol Montreal Melindungi Lapisan Ozon
Ia mengatakan lapisan ozon yang berada di stratosfer berfungsi sebagai pembatas antara Bumi dan sinar ultraviolet matahari. Namun, saat ini kondisinya menipis karena adanya gas Klorofluorokarbon (CFC) berupa klorin, florin, dan karbon maupun aerosol. “Bahayanya adalah dia (gas cfc) tahan lama dan cepat merusak,” ucapnya.
Ketika florin terkena cahaya matahari, kata dia, senyawa tersebut akan terpisah dari struktur molekulnya. Akibatnya, senyawa lain seperti klorin membentuk reaksi baru dengan oksigen dan membuat ozon saling terpisah. “Ketika ozon (O3) yang terdiri dari tiga oksigen, salah satunya terlepas, klorin yang membentuk reaksi dengan oksigen ini bertahan lama dan mengakibatkan lapisan ozon menjadi tipis,” ucapnya.
Peluncuran Aplikasi MontiR-AC
Bertepatan dengan Hari Ozon Internasional 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menandatangani skema sertifikasi teknisi refrigerasi dan tata udara. Dalam acara bertema Ozon for Life pada (16/9) lalu, pemerintah juga meluncurkan aplikasi MontiR-AC, yaitu aplikasi yang memudahkan para teknisi untuk mendapatkan pekerjaan menservis AC. Konsumen juga dapat dengan mudah mencari teknisi kompeten di sekitar tempat tinggalnya.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penipisan ozon adalah dengan menyiapkan teknisi Refrigerasi dan Air Conditioner (RAC) yang kompeten,” ucap Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK, Ruandha Agung Sugardiman.
Menurutnya, upaya tersebut akan membantu teknisi dalam melakukan servis peralatan Refrigerasi dan Air Conditioner (RAC) dengan benar. Selain itu juga dapat menghindari terlepasnya refrigeran ke udara yang mengakibatkan penipisan lapisan ozon. Dengan melakukan servis dengan benar, kata dia, umur mesin dapat meningkat dan menghemat konsumsi energi dari peralatan yang digunakan.
Penulis: Maria Soterini
Editor: Devi Anggar Oktaviani