Keanekaragaman Hayati Indonesia Masih Kurang Dikenal di Negeri Sendiri

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Banyaknya keanekaragaman hayati di Indonesia ternyata masih belum diketahui oleh masyarakat. Ketidaktahuan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, entah itu kebijakan pemerintah yang lemah terhadap perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia, derasnya produk impor yang masuk, hingga minimnya informasi dan publikasi dari media.

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), M. S. Sembiring, mengungkapkan bahwa keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia menyimpan beragam potensi sumber pangan, energi alternatif, dan obat-obatan alami. Kalau kekayaan tersebut dijaga dengan baik, lanjutnya, maka Indonesia seharusnya sudah sejak lama menjadi negara mandiri.

“Keanekaragaman hayati ini isu semua masyarakat. Ini adalah kebutuhan yang harus dijaga. Orang banyak tahu bahwa ginseng Korea sangat hebat manfaatnya. Padahal, ginseng asli Indonesia ada banyak jenisnya, kenapa ginseng Indonesia tidak dikenal?” ujar Sembiring saat menyampaikan paparannya jelang pelaksanaan KEHATI Award yang ke VIII di Jakarta, Selasa (20/01).

Sembiring mengakui kalau kurangnya publikasi dari media tentang keberadaan jutaan keanekaragaman hayati di Indonesia hingga strategi pemasaran yang buruk menjadi faktor penyebab ketidaktahuan masyarakat terhadap potensi tersebut.

Teguh Triyono, Direktur Program Yayasan KEHATI, memberikan contoh tentang penggunaan bahan pewarna alami yang diambil dari sari buah. Ia menjelaskan kalau banyak dari masyarakat yang tidak tahu kalau alpukat, mangga, rambutan, bahkan kulit kayu pun bisa diambil sarinya untuk dijadikan bahan pewarna alami yang ramah lingkungan.

“Alpukat itu warna sangat bagus. Lihat Sancaya Rini, salah satu pemenang KEHATI Award dari Tangerang Selatan. Dia membuat batik dari pewarna alami yang sangat bermanfaat untuk pelestarian lingkungan,” tambahnya.

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), M. S. Sembiring, menyatakan keanekaragaman hayati Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), M. S. Sembiring, menyatakan keanekaragaman hayati Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Fotografer Senior Kompas, Arbain Rambey juga sepakat dengan Teguh dan Sembiring. Arbain yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan kalau bambu juga termasuk dalam keanekaragaman hayati Indonesia yang tidak bisa dikalahkan oleh negara lain. Bahkan, menurutnya, bambu juga bisa menjadi alternatif infrastruktur pengganti kayu yang sudah semakin meresahkan hutan Indonesia.

“Kenapa harus kayu kalau bambu bisa lebih bermanfaat dan lebih ramah terhadap lingkungan?” katanya.

Lebih lanjut, perubahan perilaku yang dialami oleh masyarakat khususnya di daerah juga turut menjadi faktor semakin hilangnya keanekaragaman hayati lokal asli Indonesia. Ia lantas menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Papua. Masyarakat yang aslinya mengonsumsi sagu tersebut dipaksa untuk memakan jagung dengan alasan memakan sagu akan merusak hutan. Namun ternyata, setelah masyarakat memakan jagung, hutan penghasil sagu tersebut malah habis digunakan untuk perkebunan sawit.

“Ini juga yang seharusnya tidak bisa dipaksakan karena setiap daerah punya panganan lokalnya sendiri,” katanya.

Sebagai informasi, tahun 2015 ini Yayasan KEHATI akan kembali dengan program KEHATI Award VIII dengan tema “Keanekaragaman Hayati Untuk Kesejahteraan Bangsa”. Melalui KEHATI Award ini, Yayasan KEHATI ingin kembali mengingatkan setiap elemen masyarakat untuk memberikan perhatian pada keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia.

(G09)

Top