Bogor (Greeners) – Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengunjungi Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno (KST), Cibinong, Bogor, Rabu (5/7). Dalam kunjungannya, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini meresmikan wahana edukasi satwa liar Animalium dan kunjungan ke laboratorium genomik.
Kunjungan yang berlangsung hampir 4 jam itu ia lakukan bersama Dewan Pengarah BRIN lainnya. Mereka yakni, Wakil Ketua Dewan Pengarah yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Anggota Dewan Pengarah Prof Emil Salim. Sejumlah anggota DPR Komisi IV juga tampak dalam kunjungan tersebut.
Megawati meresmikan wahana edukasi satwa liar Animalium yang berdiri di lahan seluas 1,5 hektare. Kepala BRIN dan Direktur Utama Animalium Erry Erlangga turut mendampingi Megawati menandatangani prasasti peresmian Animalium.
Animalium adalah wadah pembelajaran mengenai kehidupan satwa untuk membangun kecerdasan ekologis generasi penerus bangsa. Desain, alat peraga dan pembelajaran modern membuat Animalium menjadi wahana edukasi satwa dengan konsep baru.
Kepala BRIN menyebut, Animalium adalah pusat riset untuk observasi hewan hidup dan perilaku hewan hidup. BRIN memfasilitasi riset-riset satwa liar di sini.
Wahana Edukasi yang sudah dibuka sejak Maret 2023 ini memiliki ratusan koleksi satwa liar dari aves (burung), pisces (ikan), herpetofauna (reptil), serangga hingga mamalia.
Pengunjung bisa datang ke Animalium setiap hari kecuali Senin dari pukul 09.00-17.00 WIB. Hari Senin menjadi hari khusus satwa. Harga tiketnya mulai dari Rp 75.000.
Megawati Tekannya Pentingnya Riset
Usai peresmian, Megawati dan rombongan menuju laboratorium genomik. Saat jumpa pers, Megawati yang juga didampingi Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengungkapkan, selain sektor pangan, Indonesia juga akan menghadapi bonus demografi yang berlangsung hanya 13 tahun.
Ia pun mengingatkan pentingnya menggenjot sejumlah riset penting karena dampak pemanasan global yang semakin cepat dan ekstrem. “Masih banyak potensi pangan yang perlu diintrodusir,” katanya.
Sementara itu, penajaman riset bonus demografi juga penting agar berlangsung baik. “Untuk memperbaiki hal-hal yang akan mengubah status kita dari negara berkembang menjadi negara maju,” ucap Megawati.
Kembali ke riset sektor pangan, harus ada riset untuk mengatasi masalah di sektor pangan, seperti keluhan kekurangan gula. Ada tanaman stevia yang bisa mengganti tebu. Dalam jangka menengah lanjutnya, tanaman ini bisa mengganti tebu yang diintrodusir zaman penjajahan.
Hadirnya BRIN harapannya bisa membuat riset terintegrasi. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. “BRIN menyatukan seluruh kegiatan riset dan inovasi di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Kawasan riset yang ia tinjau pun akan menjadi pusat riset nasional untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Bukan hanya untuk segelintir orang.
Berbagai Fokus Riset BRIN
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan KST Cibinong berisi riset life science yang terdiri dari organisasi riset hayati, lingkungan, kesehatan, pangan, pertanian, kelautan dan perikanan.
Kawasan seluas 190 hektare ini, 30 hektarenya adalah kawasan komersial. Laboratoriumnya salah satunya laboratorium genomik terbuka untuk riset umum seperti industri yang mengembangkan riset dan pengembangan.
Laboratorium genomik ini akan fokus pada riset untuk mengantisipasi pandemi di masa depan. Sebagian besar penelitian masih melanjutkan penelitian yang sudah Lembaga Eijkman lakukan sebelumnya. Kini Eijkman melebur ke dalam BRIN.
Risetnya antara lain mengenai bakteri molekuler, hepatitis, penyakit vektor tularkan, demam berdarah, malaria, dan penyakit bawaan virus lainnya.
Bahkan BRIN pun akan mengembangkan kawasan sains di Serpong untuk mendukung riset dan inovasi. “Tahun 2025 kita pengembangan Kawasan Sains Teknologi Habibie di Serpong,” imbuhnya.
Penulis/Editor : Ari Rikin