Denpasar (Greeners) – Perairan pulau Nusa Penida terbentuk menjadi kawasan konservasi untuk melindungi keanekaragaman hayati di kepulauan yang terletak di tenggara pulau Bali itu.
Manager Pengelolaan Kawasan dari Coral Triangle Center (CTC) Marthen Welly mengatakan, terbentuknya kawasan konservasi perairan Nusa Penida itu seiring dengan selesainya penetapan zonasi di kawasan tersebut. “Ada tujuh zonasi yang ditetapkan,” kata dia, Minggu (6/5).
Menurut dia, penetapan zonasi itu setidaknya akan mampu memberikan jaminan terhadap keberlanjutan dan kelestarian keanekaragaman hayati sekaligus mencegah munculnya konflik kepentingan di kawasan perairan seluas 20.057 hektar itu.
Berdasarkan Kajian Ekologi Laut secara cepat yang dilakukan beberapa ahli kelautan dunia seperti Dr. Emre Turak dan Gerry Allen pada tahun 2009, di perairan Nusa Penida dijumpai sekitar 296 jenis karang dan 576 jenis ikan dimana lima di antaranya merupakan spesies ikan baru.
Selain itu berdasarkan survey dan monitoring yang dilakukan oleh The Nature Conservancy (TNC) Indonesia Marine Program, di perairan Nusa Penida terdapat 1.419 hektar terumbu karang, 230 hektar hutan mangrove dengan 13 jenis mangrove, dan 108 padang lamun dengan 8 jenis lamun.
Menurut Welly, berdasarkan pemantauan lembaganya, kualitas terumbu karang di kawasan perairan Nusa Penida sangat bagus, dimana di kedalaman 10 meter tutupan karangnya 70-80%, sedangkan di kedalaman 3 meter mencakup 60-65%.
Di kawasan itu juga terdapat 20 titik penyelaman yang cukup ramai di kunjungi wisatawan. Selain untuk melihat terumbu karang, wisatawan yang menikmati wisata bahari juga bisa menyaksikan munculnya spesies laut yang cukup langka dan mendesak untuk dilindungi dalam CITES, seperti ikan Mola-Mola, Penyu dan Dugong.
Kemunculan ikan Mola-mola misalnya, hanya dapat ditemukan di lima titik penyelaman di Nusa Penida. “Itu pun hanya dapat dilihat pada bulan Juli sampai September. Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini hanya untuk melihat Mola-mola,” imbuh Welly.
Bupati Klungkung Wayan Candra mengatakan, perairan Nusa Penida mulai digarap menjadi kawasan konservasi pada tahun 2010 lalu dengan dukungan dana sebesar Rp100 miliar dari Coral Triangle Support Partnership. “Ini mendukung target pemerintah untuk membentuk kawasan konservasi seluas 20 juta hektar pada tahun 2020,” katanya.
Dari dana itu, sebesar Rp960 juta diantaranya diberikan untuk kelompok petani rumput laut untuk meningkatkan produksi rumput laut di kepulauan Penida dari 117 ribu ton saat ini menjadi 500 ribu ton.
Candra yakin kawasan konservasi Nusa Penida bisa mengangkat kesejahteraan penduduk setempat yang selama ini tercatat sebagai salah satu kantong kemiskinan di Bali. “Sebagian besar penduduk di sana adalah petani rumput laut. Kalau produksi meningkat, maka kesejahteraan meningkat juga,” kata dia. (G19)