Yogya (Greeners) – Air bersih dan murah masih ditemukan di Yogya. Warga Jetisharjo Kelurahan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis mengolah sumber mata air bantaran sungai Code menjadi usaha air bersama secara swadaya.
‘Perusahaan air minum’ Usaha Air Bersih (UAB) Tirta Kencana menjadi usaha mandiri milik warga. UAB Tirta Kencana dikelola swadaya melingkupi lima wilayah RT dan dihuni kurang lebih 310 KK. Atas pengelolaan tersebut, warga bahkan berhasil memproduksi air siap minum yang memenuhi kualitas atau syarat kesehatan dengan jumlah pelanggan mencapai 160 KK.
Pengurus UAB Tirta Kencana Musmodiono, Rabu (21/3) menyampaikan, air minum dijual dengan harga mulai Rp.600, Rp.800, dan Rp.1000 per meter kubik. Penghitungan debit air disesuaikan dengan akumulasi meteran yang dicatat setiap bulan oleh pengurus di tiap RT. Tarif ditentukan dari tiga ukuran yakni penggunaan 0-15 meter, 15-30 meter, dan lebih dari 30 meter.
“Rata-rata warga menggunakan 15-30 meter Rp800 per meter kubik. Kira-kira sebulan Rp15.000-Rp20.000 dengan tambahan sewa meteran Rp3500 per bulan,” katanya, di Yogya.
Dijelaskannya, UAB Tirta Kencana selama ini memanfaatkan dua sumber air tepi sungai Code sisi timur yang sebelum tahun 1991 digunakan warga untuk mandi, mencuci dan memenuhi kebutuhan air minum. “Dari situ ide mengalirkan air ke wilayah barat muncul, lalu lewat pengadaan pompa hidrolik warga mulai mengalirkan ke barat awalnya hanya radius 25 meter untuk lima KK saja,” lanjut Musmodiono.
Atas prakarsa permintaan bantuan ke pemerintah, Musmodiono mengatakan bahwa tahun 1996 dan 1997 warga dibantu Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) kota Yogya dengan dua buah tangki air kapasitas 4000 liter beserta pipa.
Selanjutnya, warga dibantu mahasiswa KKN UGM membangun water tower dan jaringan pipa. “Lalu tower kembali dinaikkan menjadi 10 meter kemudian jumlah pelanggan semakin bertambah. Hanya saja lokasi rumah yang lebih tinggi masih sulit dijangkau karena butuh daya besar,” tukasnya.
Dari cakupan lima wilayah RT setempat yakni dari RT 29-RT 33 hanya terdapat dua RT (RT 29 dan RT 31) yang mayoritas warganya menggunakan sumber air Tirta Kencana. “Soalnya untuk rumah-rumah RT yang lain jangkauan jauh dan tanah jauh lebih tinggi,” katanya.
Lewat uji laboratorium mengenai kualitas dan pemrosesan, kini penggunaan air Tirta Kencana dimungkinkan secara langsung bisa diminum. Kedepan, warga dan pengurus berharap mampu mendayagunakan air untuk kebutuhan masyarakat lebih luas.
Mengingat aliran pipa menyeberangi sungai Code, kini pipa dipasang fleksibel. “Karena pengalaman kena arus air, maka sekarang dipasang pipa yang bisa dilepas. Sewaktu banjir bisa dilepas, kalau sudah surut bisa dipasang kembali,” lanjutnya.
Terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogya, Suyana menyatakan, air tanah di kota Yogya 65 persen mengandung bakteri escherichia coli (e coli) dan kandungan nitrat yang tinggi. Hal itu dikarenakan sanitasi limbah rumah tangga yang kurang baik.
Suyana mengatakan, kandungan bakteri e coli bisa menyebabkan diare. Sementara kandungan nitrat mengakibatkan kerusakan pada ginjal. “Kandungan air tanah juga mengalami penurunan,” ucapnya. Dikatakannya, hal itu bisa terjadi karena pengambilan air dengan serapan air yang masuk tidak seimbang. Dengan demikian terjadi penurunan permukaan air sumur. Mengenai program air bersih, pihaknya mengaku telah menyelenggarakan prokasih atau program kali bersih.
Diketahui, warga bantaran sungai Code sangat rentan penyakit jika kualitas air dan penjagaan sungai tidak diperhatikan. Adapun, wilayah Cokrodiningratan Kelurahan Jetisharjo Kecamatan Jetis sempat menyabet juara Prokasih kota Jogja. Tak heran jika warga kampung juga mampu mengolah sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. (G-18)