Jakarta (Greeners) – Duta Besar Jerman untuk Indonesia Dr. Georg Witschel menyatakan bahwa Jerman telah menyiapkan dana pinjaman untuk proyek pengembangan energi terbarukan atau renewable energy di Indonesia.
Menurut Witschel, Jerman saat ini telah melakukan berbagai pengembangan dalam energi terbarukan. Ia juga menekankan bahwa bahwa Jerman telah belajar dari berbagai kesalahan seiring proses pengembangan tersebut. Oleh karena itu, Jerman, lanjutnya, siap untuk menjadi mitra bagi Indonesia dalam hal energi terbarukan.
“Jerman saat ini telah mengembangkan sekitar 25 persen renewable energy, sementara Indonesia kurang dari 10 persen. Kami dapat menawarkan solusi untuk Indonesia bagaimana mengembangkan renewable energy di Indonesia,” ujar Witschel saat ditemui usai konferensi pers Jerman Fest 2015 di Goethe Institut, Jakarta, Rabu (02/09).
Dalam hal pembangunan, lanjut Witschel, ada beberapa hal yang menjadi fokus Jerman, yaitu clean energy (energi bersih), pengurangan dampak emisi gas rumah kaca, dan penyelamatan iklim. Untuk membantu Indonesia mewujudkan pembangunan dalam konsep tersebut, dana sekitar 2 milyar euro siap digelontorkan oleh Pemerintah Jerman.
“Jadi, hampir 2 milyar euro yang disiapkan Bank Pembangunan Jerman, yang mana ini merupakan Bank Pemerintah Jerman, untuk membantu Indonesia,” ujarnya.
Pengembangan energi panas bumi atau geotermal juga menjadi salah satu bidang energi yang menarik minat Pemerintah Jerman untuk berinvestasi di Indonesia. Witschel menyatakan bahwa sebuah proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi kerjasama Jerman-Indonesia akan dimulai pada awal tahun 2016 mendatang di Lahendong, Sulawesi Utara.
“Kami (pemerintah Jerman) telah menandatangani kesepakatan pada bulan Mei ini, dalam hitungan kasar, sekitar 3 juta euro untuk dikelola sebagian besar dananya oleh PLN. Dana itu semuanya untuk pengembangan energi terbarukan. Lebih jauh, kami akan memulai sebuah pilot project pada Januari 2016 di Lahendong. Di tempat tersebut akan dikembangkan teknologi yang lebih baik untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi,” pungkasnya.
Penulis: Renty Hutahaean