Jakarta (Greeners) – Sumber energi berbahan fosil tidak hanya menghasilkan sebuah polutan biasa untuk udara sekitar kita. Namun, sumber bahan bakar fosil juga dapat menghasilkan semacam ozon yang disebut ozon permukaan. Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA, kepada Greeners pada Kamis (3/9) di Jakarta.
Ozon permukaan sendiri merupakan kumpulan zat yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil untuk transportasi, pabrik atau fasilitas umum lainnya. Ozon permukaan memiliki sifat pencemar dan gas rumah kaca.
Menurut Dodo, ozon permukaan berbahaya karena memiliki kandungan yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit pernafasan jika terhirup terus-menerus oleh manusia. Meskipun ozon permukaan masih di bawah ambang batas tertentu, namun dapat terakumulasi dan berbahaya bagi organ pernafasan.
“Ozon permukaan ini tentunya dapat berakibat sangat buruk pada kesehatan manusia. Khususnya bagi pernafasan kita,” terang Dodo.
Dodo sendiri mengatakan bahwa untuk mengurangi konsentrasi ozon permukaan sekaligus menanggulangi pemanasan global adalah dengan mengurangi pemakaian sumber energi yang berasal dari fosil. Menurutnya, pemakaian energi terbarukan lebih aman dan cenderung mengurangi ozon permukaan dan polutan lainnya secara signifikan.
Dodo juga menegaskan bahwa permasalahan ozon permukaan dan gas rumah kaca adalah permasalahan besar bagi manusia. Tak ayal, permasalahan ini harus diselesaikan bersama-sama, tidak hanya oleh beberapa negara saja.
“Dunia harus mengatasi ini bersama, tidak hanya negara berkembang saja. Negara maju juga harus ikut memprioritaskan masalah ini (ozon dan gas rumah kaca) di atas kepentingan lainnya,” tegas Dodo.
Dari data yang dilansir oleh BMKG, selama tahun 2015 ini tercatat tiga kali konsentrasi ozon permukaan mendekati ambang batasnya, yaitu pada bulan Februari, April dan Juli. Dalam ke tiga bulan tersebut, tercatat konsentrasi ozon permukaan melebihi 100 part per billion (ppb). Angka ini berada sedikit di bawah ambang batas “aman” untuk ozon permukaan, yaitu 120 ppb.
Di Indonesia sendiri terdapat dua tempat yang dijadikan area pengukuran ozon permukaan. Dua tempat tersebut adalah Kemayoran di Jakarta Utara dan Kototabang di Sumatera Barat. Jakarta sendiri adalah kota yang memiliki kadar ozon permukaan tertinggi di Indonesia.
Penulis: TW