Jakarta (Greeners) – Jargon Smart City untuk Kota Jakarta dirasa masih terlalu berat dan jauh dari harapan. Pasalnya, masih banyak permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang harus benar-benar dibenahi oleh Ibukota ini.
Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Agus Pambagio saat ditemui oleh Greeners di acara MarkPlus Center Transportation & Logistic Power, Jakarta. Menurut Agus, kalau Jakarta benar-benar ingin menerapkan konsep Smart City, maka banyak hal yang harus dibenahi seperti lingkungan, pedestrian, akses kesehatan, ruang hijau, jalur sepeda dan lainnnya.
Agus melanjutkan, saat ini kondisi Jakarta masih sangat buruk khususnya dari segi kesehatan. Menurut Agus, Jakarta adalah kota yang akrab dengan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh polusi dan sampah.
“Jakarta ini tidak pernah meneliti dengan serius pencemaran udaranya. Sekarang siapa yang mau menjamin sepuluh tahun kedepan penderita kangker tidak bertambah? Untuk sekarang saja, peningkatan 100 persen itu penderita kanker di RSCM,” jelasnya, Jakarta, Jumat (14/08).
Selain itu, kontribusi masyarakatnya juga sangat berpengaruh terhadap berjalannya konsep Smart City. Sedangkan yang sulit saat ini, tutur Agus, masyarakat Jakarta sudah terkenal dengan individu yang ‘cuek’ dan tidak peduli dan itu merubah hal tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang.
“Saya pernah kasih usul ke industri mobil. Kalau ada yang beli mobil, kasih hadiahnya jangan kaca film. Coba kasih tempat sampah saja di dalamnya. Kan simpel, tapi apa dilakukan? Ya, tidak. begitu banjir, semuanya mulai saling menyalahkan,” tambahnya.
Lebih jauh ia pun meminta agar pemerintah benar-benar tegas memberikan tindakan terhadap siapapun yang memang tidak bisa menjaga kebersihan sebagaimana mestinya. Karena katanya, Jakarta tidak akan pernah menjadi Green City atau Smart City sekalipun jika kesiapan masyarakatnya juga tidak ada.
“Jangan mimpilah jadi Smart City kalau masyarakatnya sendiri belum siap untuk menjadi smart. Jakarta nya juga belum siap. Kotanya belum siap,” tuturnya.
Di lain sisi, pendiri dan CEO GO-JEK, Nadiem Makarim juga memberikan pandangan yang sama, khususnya di bidang transportasi. Ia mengaku pernah berangan-angan andai mobil tidak diperbolehkan di Jakarta dan hanya transportasi berbasis bahan bakar gas dan listrik, sepeda motor elektrik, sepeda dan akses pejalan kaki benar-benar diberdayakan. Maka, lanjut Nadiem, dua permasalahan Jakarta akan teratasi.
“Macet dan polusi jelas akan hilang dan itu adalah faktanya,” tutup Nadiem.
Penulis: Danny Kosasih