Kecintaannya terhadap alam dan mata pelajaran Biologi, membawa sosok Ishak Tan meminati dunia pertanian. Baginya, sektor pertanian adalah sektor ”tahan banting”. Setidaknya itu bisa dilihat pada awal krisis multi dimensi Indonesia tahun 1997-1998, di mana pada saat itu sektor-sektor lain mengalami konstraksi pertumbuhan sampai minus 7%, namun sektor pertanian masih bisa tumbuh sampai 0,25%. Ia yakin sektor pertanian selalu menjanjikan dan prospektif, apabila dikelola dengan baik dan profesional.
Oleh Sandi Jaya Saputra | Artikel ini diterbitkan pada edisi 04 Vol. 3 Tahun 2008
Ishak mengisi kesehariannya dengan mengembangkan pertanian organik di Cimahi sejak tahun 2004, di bawah naungan Yayasan Bitari yang didirikannya tahun 2000. Sampai kini, organisasinya telah menjalin kerjasama dengan beberapa pihak, di antaranya paguyuban petani kompos Cimahi, dan umumnya masyarakat Cimahi, untuk urusan pengumpulan dan pengolahan sampah.
Dengan mengenakan polo shirt putih, celana kain bersih, dipadukan sepatu sport, pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta dan konsultan untuk konservasi lingkungan ini jauh dari sosok petani yang biasa dikenal ”kotor” dan tidak menarik. Menurutnya, menjadi petani adalah ladang amal untuk memberikan sesuatu yang lebih baik untuk khalayak.
Secara spesifik pertanian organik itu seperti apa?
Pertanian organik adalah pertanian yang menyelaraskan kegiatannya dengan kondisi alam. Misalnya, untuk penggunaan pupuk, kita mengolah limbah dari hasil pertanian itu sendiri, seperti sisa panen sayuran, buah-buahan, dan hasil pemangkasan semak-semak, kemudian kita komposkan. Itulah yang menjadi pupuk organik. Secara sederhana, pertanian organik itu memanfaatkan siklus ekologi yang ada secara optimal.
Apa keunggulan pertanian organik?
Ada tiga keunggulan dari pertanian organik. Pertama, dari segi ekonomi pertanian organik adalah pertanian yang memiliki prospek yang baik karena setiap tahunnya mengalami peningkatan permintaan sebanyak 20%. Kedua, adanya marjinalisasi peningkatan profit yang besar mencapai 300%. Ketiga, untuk sekarang belum banyak petani bermain di tanaman organik sehingga kompetitornya relatif sedikit.
Manfaat untuk lingkungan?
Dari segi ekologi, secara tidak langsung kita sudah memberikan kontribusi positif untuk penyelamatan lingkungan, karena kita menggunakan pupuk kompos yang difermentasi dari sampah, karena sampah itu apabila tidak difermentasi maka menghasilkan yang namanya metan Ch4, Sh4, 21 kali lebih tinggi efeknya merusak ozon daripada karbon. Artinya, apabila kita mengelola sampah untuk dijadikan pupuk organik, maka secara tidak langsung berkontribusi untuk penurunan pencemaran ozon. Pupuk organik mempunyai kemampuan mengikat air 10 kali lipat dari volume air biasa. Cotohnya sewaktu memasukkan pupuk kompos pada lahan seluas 1 hektar, maka air yang akan diikat adalah 10×10, jadi 100 meter kubik yang diikat dari lahan tersebut. Sehingga, betapa besarnya kontribusi kita untuk perbaikan lingkungan. Dari segi ekonomis, menghasilkan profit yang besar tapi di sisi lain kita berkontibusi untuk penyelamatan lingkungan.