Jakarta (Greeners) – Untuk pertama kalinya, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional antara para pelaku bisnis dan pemerintah di bidang pariwisata bahari yang berkelanjutan di kawasan Segitiga Terumbu Karang (coral triangle).
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Maritim, Safri Burhanuddin mengungkapkan bahwa Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Regional Business Forum ke-4 yang akan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 27 hingga 29 Agustus 2015 nanti akan mengangkat tema “Menata Masa Depan Kawasan Segitiga Terumbu Karang Sebagai Destinasi Pariwisata Bahari Dunia”.
Sejak Coral Triangle Initiative ini diresmikan tahun 2009 lalu, kata Safri, Indonesia telah berperan aktif dalam menginisiasi berbagai kerjasama antar negara dalam upaya menjaga kekayaan laut di kawasan Segitiga Terumbu Karang.
“Kami sangat bangga Indonesia menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan forum internasional ini karena melalui forum ini juga pasti akan mendukung visi pemerintah Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia,” jelasnya saat ditemui oleh Greeners usai melaksanakan konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/08).
Selain itu, Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad yang ditemui di tempat yang sama mengatakan, forum internasional ini jelas memiliki potensi terbukanya kesempatan bisnis dan peningkatan investasi dari sektor swasta.
“Sudah terlihat jelas bahwa kekayaan laut di kawasan segitiga karang ini menarik perhatian turis dari berbagai belahan dunia. Tapi kan dampaknya keberadaan ekosistem laut jadi terancam dan bahkan berada pada posisi mengkhawatirkan. Makanya perlu ada kerjasama dengan pihak swasta juga untuk menjaga keselamatan terumbu karang ini,” tutur Sudirman.
Meskipun kondisi terumbu karang di Indonesia masih mengkhawatirkan, lanjut Sudirman, tapi pemerintah tidak boleh pesimis dan masyarakat pun seharusnya turut berkontribusi menjaga kelestarian terumbu karang agar tetap terawat dengan baik.
“Saat ini kan memang kesadaran masyarakat masih harus dibina terus menerus. Kususnya terkait pengetahuan mereka tentang pentingnya keberadaan terumbu karang. Mereka masih menganggap kalau menangkap ikan dengan bom atau potasium merupakan hal yang biasa. Inilah yang sedang kita bina. Apalagi saat ini masih ada regulasi di Kementerian Kehutanan yang mengizinkan pengambilan dan pemanfaatan koral untuk digunakan sebagai hiasan akuarium,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Coral Triangle, Rili Djohani sendiri mengaku kalau forum internasioanl ini akan mewujudkan visi pengelolaan sektor bisnis pariwisata bahari secara berkelanjutan dan akan memberikan dampak yang besar terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati laut di kawasan Segitiga Terumbu Karang.
“Kita bisa melibatkan berbagai lapisan pemangku kepentingan seperti swasta, pemerintah daerah dan pastinya masyarakat di sana. Karena melalui forum ini pasti akan membantu penghidupan 120 juta orang yang menggantungkan hidupnya dari ekosistem laut,” tutupnya.
Sebagai informasi, kawasan segitiga terumbu karang merupakan pusat keragaman hayati laut di dunia. Lebih dari 2000 jenis ikan karang dan 600 spesies karang hidup ada di wilayah ini yang meliputi Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timur Leste.
Menurut data dari World Travel and Tourism Council, industri perjalanan dan pariwisata di enam negara kawasan segitiga terumbu karang telah memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan. Di tahun 2004 saja industri ini telah berkontribusi sebesar 58 Milyar USD tergadap GDP di enam negara serta menyediakanlapangan kerja kepada lebih dari lima juta orang di kawasan pesisir.
Penulis: Danny Kosasih