Jakarta (Greeners) – Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) ketiga kembali digelar pada 11 dan 12 November 2019. Kegiatan ini berupaya mempercepat implementasi ekonomi sirkular di Indonesia, memperkuat komitmen para pemangku kepentingan, dan menghasilkan dokumen rekomendasi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Panjaitan, turut meresmikan acara yang membawa tema “Towards a Sustainable Future Though Circular Business Practices.” Sebanyak 400 peserta yang hadir terdiri dari pejabat tinggi pemerintah, pegiat industri, sektor swasta, akademisi, praktisi profesional, dan pelaksana terkait.
Penyelenggara forum, Mohamad Bijaksana Junerosano, mengatakan kebijakan ekonomi sirkular dapat menumbuhkan ekonomi di sektor pengelolaan sampah senilai Rp 101 Triliun atau setara 4,1 persen APBN 2019. Menurutnya kebijakan juga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan.
BACA JUGA : KKP Dorong Circular Economy untuk Menaikkan Nilai Produk Perikanan
“Forum Ekonomi Sirkular dapat menambah pengetahuan Indonesia melalui rencana jangka panjang dan menengah yang terintegrasi dengan kebijakan ekonomi, lingkungan maupun sosial. Pembahasan ini juga masuk ke dalam upaya perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs),” ujar Mohamad Bijaksana Junerosano selaku founder Greeneration Foundation.
Turut hadir dalam gelaran ICEF, Professor of Supply Chain Management, Coventry University Benny Tjahjono. Ia mengatakan sedang berupaya mengelola sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat. Caranya dengan fokus pada solusi penanganan sampah makanan.
“Di Indonesia, kami bekerja sama dengan lintas aktor, mulai dari petani, pengolah makanan, hingga pasar konsumen. Kami juga berpegang teguh pada salah satu prinsip ekonomi sirkular yaitu pengurangan sampah mulai dari sumbernya,” ucap Benny.
Ia menambahkan sedang meneliti penciptaan dan pemanfaatan plastik bio yang bisa terurai sendiri di alam. “Kami bekerja sama dengan sebuah perusahaan rintisan di Inggris yang memformulasikan sebuah ‘zat ajaib’ dan apabila dibubuhkan ke sebuah kantong plastik dapat mengubahnya menjadi bahan terurai,” kata Benny.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (Praise), Mignone Maramis juga hadir. Ia menuturkan upaya menangani sampah di Indonesia harus memperkuat ekosistem pengelolaan sampah. Penanganan juga bisa melibatkan mitra-mitra untuk mengelola sampah yang berintegrasi dan berkelanjutan.
BACA JUGA : Circular Economy, Upaya Mendorong Masyarakat untuk Memilah Sampah
“Indonesia sebenarnya sudah ada infrastruktur seperti bank sampah. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R) juga sudah ada, tapi bagaimana kita mengoptimalkannya sehingga kemasan sampah memang ada nilainya, dapat tertangani dengan baik, lalu dapat dipilah dan diserap oleh industri daur ulang,” ujar Mignone saat ditemui Greeners.co di Hotel Pullman Jakarta, (11/11).
Mignone menyebut bahwa dengan melibatkan industri daur ulang, kita dapat meningkatkan pengolahan sampah menjadi suatu yang bernilai melalui ekonomi sirkular.
Konferensi pers ICEF 2019 ditutup oleh Tommi Vourinen, VTT Pusat Penelitian Teknik Finlandia. Ia mengucapkan harus ada penyeimbang antara produksi dengan tuntutan pasar atau konsumen. Caranya dengan mengupayakan kemampuan industri memproduksi barang yang menggunakan bahan-bahan bertanggung jawab. “Tidak semua plastik berbahaya dan manfaatnya dapat dioptimalkan. Namun kita semua perlu mengubah paradigma alur produksi-konsumsi yang linear menjadi sirkular,” katanya.
Penulis : Ridho Pambudi
Editor: Devi Anggar Oktaviani