Jakarta (Greeners) – 64 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1950, berdirilah sebuah organisasi profesi dokter satu-satunya di Indonesia yang kita kenal dengan nama Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Untuk memperingati momentum itu, tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional.
Tahun lalu, peringatan Hari Dokter Nasional diwarnai dengan diperolehnya rekor dunia oleh 1.061 dokter yang bermain angklung bersama di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Ada juga yang memperingatinya dengan melakukan aksi untuk menyuarakan isi hati para dokter mengenai rendahnya tunjangan di daerah pelosok.
Lalu bagaimana dengan tahun ini? Hari Dokter Nasional kali ini hanya berselang empat hari dari momen pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang baru. Oleh karena itu, banyak harapan dari kalangan profesi dokter kepada pemimpin baru negeri ini.
Mantan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Kartono Muhammad, mengatakan bahwa tugas dari pemerintah hanyalah mengatur bagaimana masyarakat agar tidak menjadi sakit. Oleh karena itu, ia meminta kepada Presiden Joko Widodo yang baru saja dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 lalu untuk memilih calon Menteri Kesehatan yang mempunyai visi untuk menyehatkan bangsa.
Menurutnya, Menteri Kesehatan yang baru nanti harus memiliki visi untuk membuat Indonesia lebih sehat dan bukan hanya mementingkan pengobatan saja. Karena tugas seorang Menteri Kesehatan bukanlah menyembuhkan orang yang sakit, tapi menjaga rakyat Indonesia agar selalu sehat.
“Untuk menjaga rakyatnya agar tetap sehat, tentu saja pemerintah melalui kementrian kesehatan juga harus memiliki program-program untuk melakukan pencegahan penyakit dan bukan hanya memprioritaskan penyembuhan,” jelasnya saat dijumpai oleh Greeners pada sebuah acara di Jakarta, Jumat (24/10).
Selain itu, Kartono juga mengingatkan kalau persaingan antar bangsa di era mendatang bukan lagi bermodalkan sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia. Untuk bisa bersaing, diperlukan tubuh yang sehat sejak dini agar kelak dewasa akan pintar.
Saat disinggung terkait kurangnya dokter di daerah dan insentif dokter yang rendah di daerah terpencil, Kartono mengungkapkan kalau bukan tidak ada dokter yang mau bekerja di daerah. Hanya saja, dokter juga seorang manusia, sehingga perlu adanya akomodasi dan jaminan hidup yang memadai untuk para dokter yang bekerja di daerah-daerah terpencil.
“Bukan melulu soal uang, tapi paling tidak dokter harus punya akses yang mudah dan akomodasi yang layak, dokter juga kan manusia,” pungkasnya.
(G09)