Jakarta (Greeners) – Penelitian terbaru mengungkap, partikel paparan polusi udara ada pada organ seperti paru-paru, hati dan otak sebelum janin lahir ke dunia. Hal ini membukti betapa bahayanya polusi udara bagi manusia. Bahkan pada janin sebelum menghirup udara pertama di dunia.
Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto menyatakan, selama masih berada di wilayah berpolusi udara, semua paparan partikel yang ada dapat manusia hirup.
Berbagai paparan polusi mulai dari PM10 hanya sampai di saluran napas bagian atas. Selanjutnya, PM2.5 yang bisa masuk lebih dalam ke saluran napas bawah, alveoli, bronchiole, paru-paru hingga jantung serta partikel debu sangat kecil.
“Ini berupa nano partikel yang bisa terbawa aliran darah ke organ-organ tubuh. Termasuk melalui plasenta ke janin yang dikandung ibu,” katanya kepada Greeners, Sabtu (8/10).
Lebih jauh, Budi menyebut nano partikel yang membawa senyawa kimia logam berat ini dapat berpindah dari ibu hamil melalui plasenta pada janinnya. “Bergantung dari seberapa banyak dan intens nano partikel berada di janin. Itu akan berefek serius pada kesehatan janin,” ungkapnya.
Polusi Udara Ganggu Pertumbuhan Anak
Ia menambahkan, jika paparan nano partikel yang janin terima sangat sedikit dan tidak terus menerus maka efeknya tak akan berat pada pertumbuhan bayi.
Pernyataan Budi itu menyusul temuan peneliti terhadap ribuan partikel karbon hitam pada setiap milimeter kubik jaringan yang ibu hamil hirup selama masa kehamilan. Partikel ini melewati aliran darah dan plasenta ke janin.
Melansir berbagai sumber, melalui penelitian itu udara kotor tak sekadar meningkatkan keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan perkembangan otak terganggu. Namun, menyebabkan efek kesehatan seumur hidup.
Partikel tersebut berasal dari pembakaran bahan bakar fosil kendaraan, rumah, dan pabrik. Ini menyebabkan peradangan tubuh serta membawa bahan kimia beracun.
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu yang tidak merokok di Skotlandia dan Belgia, di lokasi dengan polusi udaranya relatif rendah. Profesor Paul Fowler dari Aberdeen Skotlandia University menyatakan nanopartikel karbon hitam tidak hanya masuk ke plasenta trimester pertama dan kedua. Akan tetapi ke organ janin yang sedang berkembang.
Polusi Tinggi Tingkatkan Paparan
Yang lebih mengkhawatirkan, partikel tersebut juga masuk ke dalam otak manusia yang sedang berkembang. Selain itu, temuan konsentrasi partikel lebih tinggi ketika ibu tinggal dengan tingkat paparan polusi udara yang lebih tinggi.
Penelitian ini sekaligus menjelaskan kualitas udara menentukan perkembangan dan kesehatan janin. Oleh karena itu, perlu aturan khusus terkait kualitas udara. Profesor Tim Nawrot dari Universitas Hasselt, Belgia menyatakan, regulasi kualitas udara harus memastikan perpindahan polusi udara selama kehamilan dan melindungi tahap perkembangan manusia yang paling rentan.
Masyarakat pun juga harus bertindak untuk menjamin tingkat kualitas udara yang baik dengan mengurangi polusi udara. Profesor Jonathan Grigg dari University of Queen Mary London menyebut, partikel masuk ke otak janin meningkatkan risiko pada konsekuensi seumur hidup bagi anak.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin