Pasuruan (Greeners) – Banjir bandang menerjang sejumlah wilayah bantaran Sungai Petung di Pasuruan. Banjir yang menyebabkan puluhan rumah hancur dan ribuan rumah terendam lumpur ini akibat penebangan hutan besar-besaran yang dilakukan pihak Perhutani di wilayah Kecamatan Tutur pada musim kemarau 2014 lalu. Banjir bandang tersebut bersamaan dengan longsor skala kecil di wilayah Kecamatan Tutur dan Puspo.
“Pada kemarau 2014 Perhutani menebang habis sebagian kawasan hutan sehingga ada beberapa hektare lahan sehingga menyebabkan longsor dan banjir. Ada lahan gundul di hutan,” kata Nizar Subandono, warga Desa Andonosari Kecamatan Tutur, Kamis (09/04) lalu.
Nizar mengharapkan adanya upaya komprehensif dalam pencegahan banjir dan tanah longsor yang masih rentan terjadi karena intensitas hujan masih tinggi. “Pemkab harus bekerja sama dengan Perhutani. Meski lahan yang dipanen bukan milik warga tapi kalau ada bencana warga yang terdampak,” ujar Nizar.
Banjir bandang yang terjadi Jumat lalu, selain merusak puluhan rumah juga menghancurkan sedikitnya 40 hektare tanaman padi siap panen. Lahan yang hancur tersebar di sembilan di empat kecamatan.
“Kerugian material mencapai Rp 16 miliar. Kerugian di sektor pertanian mencapai Rp 15 miliar sementara bangunan rumah warga mencapai Rp 1 miliar. Angka tersebut tentu bisa bertambah karena sampai saat ini kita masih lakukan pendataan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana saat meninjau ke Desa Klinter, Kecamatan Kejayan, salah satu lokasi terparah terdampak banjir bandang.
Pihaknya sudah menyalurkan bantuan logistik berupa makanan, air bersih hingga peralatan masak dan peralatan tidur. Rata-rata setiap desa menghabiskan Rp 60 juta. Sementara untuk kerusakan fisik pemerintah daerah memberikan bantuan stimulan.
Para petani mengatakan puluhan hektare tanaman padi yang hancur rata-rata siap panen. Seorang petani di Desa Tebas Kecamatan Gondangwetan, Hasan (58), mengatakan tanaman padi miliknya akan dipanen lima belas hari lagi. “Semuanya hancur. Tak ada lagi yang dipanen,” ujar Hasan.
Kondisi korban banjir masih sangat memprihatinkan, terutama yang rumahnya rusak parah. Mereka terpaksa tidur di tenda-tenda darurat sederhana dari terpal sehingga selalu kedinginan saat malam. Hal itu terlihat di Desa Klinter Kejayan dan Desa Rejosalam Kecamatan Pasrepan, yang merupakan dua lokasi terparah.
Banjir bandang akibat peluapnya Sungai Petung sepekan lalu menyebabkan lebih dari 24 rumah rusak parah dan hancur. Ribuan rumah di sembilan desa tersebar di empat kecamatan diantaranya Kecamatan Kejayan, Pasrepan, Gondangwetan dan Rejoso terendam lumpur. Beberapa jembatan penghubung antar desa rusak dan salah satu diantaranya ambruk.
Selain di wilayah Kabupaten, dampak banjir lumpur juga dirasakan 10.20 kepala keluarga di Kota Pasuruan. Empat kelurahan di Kota Pasuruan berada di bantaran Sungai Petung yang berhilir di Selat Madura.
Penulis: MA/G12