Jakarta (Greeners) – Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 pada 21 Februari mendatang mendorong penuntasan permasalahan sampah di Indonesia. Sampah bisa bernilai dan menyejahterakan jika dikelola dengan benar.
HPSN adalah konstelasi perjalanan panjang sistem pengelolaan sampah di Indonesia. Peristiwa masa lampau di TPA Leuwigajah tak hanya berimplikasi pada shifting perhatian dan fokus ke pengelolaan sampah terintegrasi. Namun berdampak lebih besar terjadi terhadap lingkungan dan ekosistem kehidupan global, yakni perubahan iklim.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan, tema peringatan HPSN 2023 ini Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Menurutnya, tema ini mendorong penuntasan persoalan sampah sesuai target pada tahun 2025. Melalui kebijakan Strategis Nasional Peraturan Presiden No 97 Tahun 2017, yaitu penanganan sampah 70 % dan pengurangan sampah 30 %.
“Tahun 2023 ini menjelang 2025 kita ingin menuntaskan persoalan sampah. Selain itu juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dengan potensi nilai ekonomi yang sampah miliki,” katanya saat temu media, di Jakarta, Rabu (1/2).
Tak Ada Lagi Pembangunan TPA Tahun 2030
Di sisi lain KLHK pun menargetkan tak ada lagi pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) baru pada 2030 nanti. Ini menyusul optimalisasi pengelolaan sampah sebagai upaya mitigasi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Lebih lanjut Vivien menyatakan, target tersebut bertujuan untuk mengurangi polusi, terutama sampah organik dan berimbas pada perubahan iklim.
“TPA menghasilkan gas metana dan emisi gas rumah kaca. Tahun 2030 kita tak lagi melakukan pembangunan TPA, dan pada 2040 tak akan ada lagi TPA,” ucapnya.
Pemerintah Indonesia telah menyampaikan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) pada 23 September 2022 yang meliputi target penurunan emisi GRK. Adapun targetnya naik dari yang semula 29 persen menjadi 31,89 persen oleh upaya sendiri (CM1) dan 41 persen menjadi 43,20 melalui dukungan internasional pada 2030 nanti (CM2).
Pada sektor limbah, tahun 2030 Indonesia menargetkan penurunan tingkat emisi GRK sebesar 40 Mton CO2eg (CM1) dan 43,5 Mton COzeg (CM2).
Vivien mengungkap, KLHK telah menyusun rencana aksi pencapaian zero waste and zero emission dari subsektor limbah padat domestik (sampah).
“Negara-negara maju, seperti Denmark, tempat penampungan akhir hanya menampung enam persen karena sampahnya bisa dikelola. Indonesia seharusnya bisa melakukan hal serupa,” imbuh Vivien.
HPSN 2023
Oleh sebab itu dalam HPSN 2023, KLHK mendorong upaya serius penanganan dan pengelolaan sampah. Vivien mencontohkan, sampah yang tak terpilah dapat bermanfaat untuk diolah menjadi briket. Demikian pula sampah yang terpilah seharusnya bisa memberikan nilai dalam masyarakat.
“Kita punya konsep bagaimana sampah yang terpilah dari rumah bisa dikelola. Bahkan residunya juga dikelola agar tak dibawa ke TPA,” ungkapnya.
Galang Kolaborasi
Untuk menggelorakan pesan dalam peringatan HPSN 2023 ini sejumlah rangkaian kegiatan akan berlangsung. Rangkaian tersebut yakni tour sepeda “Jelajah Bersih Negeri”, Zero Waste Adventure Camp, Compost Day – Kompos Satu Negeri. Selanjutnya dialog bersama komunitas startup kreatif pengelola sampah, produsen dan kampanye less waste bersama Ikatan Motor Indonesia.
Lalu, dialog nasional Zero Waste Zero Emission Indonesia dengan tema Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat. Kemudian ada pula kolaborasi kampanye HPSN bersama TikTok Indonesia dan TEDx Jakarta.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin